Rabu, 25 Desember 2013

Suratku #1

Ini dia suratku yang pertama, bukan untuk teman yang tak kusebutkan namanya. Tapi...stststst...jangan keras-keras. Ini buat kakak panitia.

Kejadiannya sama dengan posting blogku sebelumnya. Nah, kalo ini bedanya aku yang harus menguatkan diriku agar tetap istiqomah di jalan dakwah. Sebelum aku punya inisiatif menulis surat, aku sudah mencoba untuk melobi ke kakak panitianya langsung berkenaan dengan ketidakikutsertaanku dalam kegiatan ini. Tapi belum ada keputusan yang diberikan oleh mereka. Aku yakin mereka pasti berunding terlebih dahulu dengan panitia-panitia yang lain mengenai hal ini. Dari pada alasanku hanya didengarkan oleh satu kakak panitia, yang nanti juga bakal disebarin ke panitia yang lain. Iya kalau yang disebarkan kakak itu kepada panitia lain mirip titik komanya dengan alasan yang aku ungkapkan kepadanya, kalau tidak bisa jadi fitnah. Jadi, lebih baik aku menulis surat agar aku bisa lebih leluasa memberikan hujjah yang jelas dan bisa leluasa ngomong dari hati ke hati J

Here is...

Assalamualaikum wr.wb.

Untuk kakak-kakak panitia...

Entah ini dinamakan surat apa, surat pernyataan, surat curhatan, atau  apalah... Emm, intinya surat ini berisi alasan kenapa saya tidak bisa mengikuti Jelajah Alam (nama acaranya aku ganti, sebenarnya bukan jelajah alam tapi acaranya sejenis dengan itu). Sebenarnya alasan yang akan saya ungkapkan tidak berdasarkan dari pendapat saya pribadi atau pendapat orang tua yang memaksa untuk tidak ikut Jelajah Alam. Saya seorang Muslimah yang selama hidup saya selalu mengkaji Islam dari segala aspek, termasuk salah satunya pergaulan dalam Islam.

Alasan yang kakak dengar dari saya memang hanya sebatas karena acara Jelajah Alam terdapat unsur campur baur (ikhtilath). Ternyata alasan saya ini terlihat kalah dan kakak juga bisa menjelaskan balik kalau di Jelajah Alam nggak ada campur baur kok, lagi pula ini juga bertujuan untuk ajang pembelajaran sambil refreshing bersama angkatan dan civitas akademika. Dan kendaraannya dipisah kok cewek dan cowoknya.
Untuk pembelajaran, saya yakin semua akan mengatakan itu hal positif. Apalagi dengan bertadabbur alam sekalian bisa menikmati dan mensyukuri ciptaanNya. Itu memang baik, sangat baik. Tapi kakak... ternyata ada kondisi tertentu, di mana tetap ada unsur ikhtilath dan Allah tidak meridhoi itu. Kalau saya kutip dalam buku Peraturan Hidup dalam Islam karangan Syekh Taqiyuddin An Nabhani,

“dalam kehidupan umum, pada dasarnya status keduanya (pria dan perempuan) adalah terpisah. Keduanya tidak boleh melakukan pertemuan dan interaksi selain yang telah dibolehkan, diharuskan, atau disunnahkan semisal ibadah haji, jual beli, pendidikan (sekolah/kuliah), kedokteran, pertanian, industri.. sementara itu berkaitan dengan aktivitas yang sama sekali tidak mengharuskan adanya interaksi diantara keduanya –seperti berjalan bersama-sama di tempat umum, pergi bersama-sama ke suatu tempat, atau bertamasya, makan minum bersama, dan sejenis hiburan lainnya– itu termasuk ikhtilath dan tidak diperbolehkan dalam Islam.”

Mungkin kalau alasan saya sebatas alasan pribadi yang pastinya punya peluang kelemahan, bisa jadi itu akan terkalahkan dengan pendapat yang lebih kuat. Tapi di sini saya berbicara dalil karena kita Muslim (bagi yang merasa Muslim). Karena dalam buku itu juga dijelaskan “tidak ditemukan satu dalil pun yang membolehkan adanya pertemuan dan interaksi diantara pria dan wanita dalam perkara di atas.”

Yaaahh...beginilah kakak...serinci ini Islam mengatur pergaulan karena kelak...ada hari pertanggungjawaban yang harus kita hadapi. Justru hal ini semakin menunjukkan kesempurnaan Islam.

Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan. Tak lain karena saya hanya berusaha untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah meskipun terkadang sendiri dan tidak mudah JJJ

Terimakasih kakak-kakak telah membaca dan menampung tulisan sayaJ Semoga kita semua mendapatkan rahmat dan ridho dariNya. Amin J
Wassalamu’alaikum wr.wb.

20-09-13/21:28/Jumat
Salam Hormat,

Azimatur Rosyida

Suratku #2 untuk Teman yang Tak Kusebutkan Namanya

Tu judul...??? Suratku yang pertama aja belum aku publish, udah aja posting yang kedua. heheh...

Long time no see...

Kangennn, udah lama nggak berkecimpung lagi di blog. Sebenarnya uda sering juga aku mengingatkan diriku sendiri biar segera update blog. Bahkan tulisan COME ON ZIII...UPDATE BLOG udah menjadi pemandanganku tiap hari di layar laptopku sebagai reminder. But it just word. Atau mungkin karena tulisanku sudah aku eksplor pada pembuatan jurnal 2x tiap minggu yang tiap jurnalnya terkadang membutuhkan sampai puluhan lembar. Iya, barangkali itu yang menjadi faktor aku tidak punya sense lagi untuk menulis di blog. Tapi seharusnya itu bukan menjadi alasan untuk tidak menulis lagi di blog, bukan?
Emmm... sebenarnya kalo dipikir-pikir lagi sih, alasannya bukan hanya itu saja. Jujur, selama aku memasuki dunia perkuliahan tidak mudah bagiku beradaptasi dari lingkungan yang selalu memberikanku support ke lingkungan di mana aku harus membuat keputusan sendiri. Karena saat itulah, hanya kepadaNya lah aku menyerahkan segala urusanku dan hanya kepadaNya lah aku berpijak. Absolutely, saat itu terjadi banyak rintangan yang harus aku hadapi di kampus.

Bahkan seseorang yang harus aku kuatkan di jalan dakwah ini bukan hanya diriku saja tapi ada beberapa temanku seperjuangan yang juga membutuhkan dukungan. Suatu hari di kampus akan diadakan acara ke luar kota. Kalau dilihat-lihat acara itu bermanfaat dan bisa memberikan banyak pengetahuan baru. Intinya, setelah ditelusuri ada unsur ikhtilat di situ. Temanku yang tidak kusebutkan namanya **** ini sempat goyah dengan prinsip yang selam ini ia pegang dan dia bercerita kepadaku. Kebetulan waktu kami untuk berdiskusi sangat singkat. Aku jadi merasa tidak tenang karena apa yang ingin kusampaikan padanya belum tuntas. Inisiatif lain aku tempuh. Aku menulis sebuah surat untuknya. 

Here is...

Assalamualaikum...

**** yang dirahmati Allah. Sebenarnya semua keputusan ada di tangan ****. Tidak ada keterpaksaan mengikuti pendapat ini, pendapat itu, pendapat sana, pendapat sini. Kalau aku boleh tanya, **** yakin kan apa yang **** bawa itu benar dan dari Allah?

Ada dua hal yang sejatinya tidak bisa dipungkiri:
11.  Kebenaran dari Allah tidak ada yang bisa merubah sekalipun adu pendapat.
  2. Dan setiap kesalahan yang tidak bersumber dari hukum Allah, tetaplah sebuah kesalahan. Meskipun kesalahan tersebut diracik seenak mungkin agar bisa diterima oleh semua lidah. Sejatinya itu tetap sebuah kesalahan yang pahit, karena ada satu komponen yang belum dicampurkan dalam racikan tersebut yaitu gula, tak lain hukum Allah sendiri.

Memang, aku juga merasakan tidak mudah memegang kemurnian hukum Allah. Ketika Allah sudah bilang “A”, ya sudah itu yang harus kita laksanakan. Tidak ada penambahan atau pengurangan. Karena sejatinya penentu hukum ada di tangan Allah, bukan manusia.

Mungkin ada orang yang bilang, “iya, kita juga para pencari pahala, dan kita nggak ngehalangi orang yang mau pegang prinsip, tapiiii sudahlah, hidup itu dibawa santai aja...nggak usah kaku dan serius kayak gitu”. Eitssss...maaf... siapa bilang hidup itu santai??? Siapa bilang hidup itu tidak butuh keseriusan??? Masalah dosa atau tidak, kelak akan berpengaruh pada masuknya kita ke surga atau neraka yang bahan bakarnya dari manusia yang tidak mau mentaati hukum Allah itu sendiri. Halooo... ada hari pertanggungjawaban bro kelak di Hari Akhir.  Itu masih dibilang hidup itu harus santai? Itu yang namanya hidup tidak butuh keseriusan? Aku pikir statement itu omong kosong.

Yaaahhh... itulah kondisi orang sekarang yang masih belum paham semua hukum Allah. Hukum Allah hanya diambil di satu sisi, tapi di sisi lain hukum Allah tidak dipakai hanya karena menyesuaikan dengan kondisi yang ada, hanya karena biar orang-orang nggak memusuhi dan menjauhi kita. Yaa justru orang yang menjauhi dan memusuhi kita karena mereka tidak paham hukum Allah secara totalitas itu seperti apa. Mangkanya, kita yang sudah tahu dan paham tentang hukum Allah tetap harus dijalankan dengan istiqomahJ

Masalah hukum Allah memang bukan mengenai adu argumen masing-masing otak orang. TAPI INI DALIL DARI ALLAH. Ini loh Allah uda kasih standart mana yang harus dikerjakan dan mana yang tidak:
       Manusia dimintai pertanggungjawaban setelah diutusnya rasul  (QS. Al Isra’ : 15)
       Manusia tidak dapat lagi membantah setelah diutusnya rasul  (QS. An Nisaa’ : 165)
       Setiap muslim wajib menyesuaikan seluruh amal perbuatannya dengan hukum Allah SWT yang dibawa Rasulullah saw.(QS. Al Hasyr : 7)

Tapi sayang, tidak semua orang Islam paham semua dalil-dalil Allah. Mereka seenaknya sendiri menetapkan baik dan buruknya menurut versi mereka.

So... bagaimana... Apakah **** sudah cukup terpuaskan oleh jawaban seperti ini??? Selanjutnya keputusan ada di tangan **** J

Semoga menginspirasiJ  SEMUA KERJA KERAS INI TIDAK AKAN KULAKUKAN KALAU SAJA ALLAH TIDAK MENIMPAKAN BALASAN YANG PEDIH DI HARI AKHIR.


Wassalam...

Kamis, 05 September 2013

Life in The Mission

Wew, sudah 3 minggu vacum. Kalo tiap kali ngucapin kata ‘wew’ selalu inget Njet. Gara-gara dia aku tertular kata-kata itu. Tapi sekarang dia sudah ‘kabur’ dari negara ini karena dia harus belajar jauhhh di sana. Kalo Njet baca tulisanku, salam semangat dan salam perjuangan untuk Njet. Doaku tulus menyertaimu :-) -intermezzo-

Semenjak tanggal 19 Agustus saat pengukuhan (opening ceremony) maba sampai detik ini waktuku full banget. Jadi gelagapan menghadapi waktu yang tak berpeluang ganggur. Maklum, sebelumnya hampir dua bulan setelah kelulusan SMA jobless. Udah gitu, di awal-awal masuk langsung di gembor ama yang namanya ospek. Huh, jadi nggak bergairah menceritakan bagaimana ‘tragedi’ kehidupanku semenjak ospek berlangsung 5 hari. Penuh tipu daya dan muslihat dengan sistem kerja paksa. Memang bukan topik itu yang akan aku ceritakan kali ini.

Tapi semakin hari kemari, aku jadi sudah terbiasa dengan kesibukan yang tiba-tiba datang tak terjadwal. Selain rutinitas di kampus yang ngurusin KRS lah, harus mondar mandir ke kampus untuk melihat pengumuman yang hanya diumumkan di papan pengumuman, dan persiapan-persiapan lain sebelum masuk kuliah tanggal 9 September besok. Aku juga aktif dalam kegiatan dakwah yang sekarang menjadi amanah terbesar bagiku. Karena sejatinya manusia  life in the mission.

Dan kali ini misiku adalah mencari tandatangan sebanyak-banyaknya untuk form petisi  “Seruan Mahasiswa Muslimah Propinsi Jawa Timur, Hentikan Miss World , Ajang Budaya Liberal Perusak Generasi. Wujudkan Generasi Visioner, Mulia, Bermartabat Pemimpin Peradaban.” Judulnya cukup panjang. Tandatangan yang harus ku kumpulkan adalah sebanyak-banyaknya dan disertai dengan dokumentasi pemberi tandatangan.

Awalnya, selintas terbayang misi ini tidak begitu sulit. Hanya  memberikan opini tolak Miss World lalu meminta tandatangan. Memang, mintanya tandatangan tidak sulit. Tapi, meletakkan tangan mereka di atas kertas untuk memberikan tandatangan saja, ckckck tidak jamin. Butuh sekian penolakan untuk mendapatkan sepuluh tandatangan. Belum menawarkan saja sudah kabur duluan orangnya. Ditambah lagi dengan muka-muka yang sensi manis alias sinis saat aku memberikan penjelasan mengenai alasan kenapa harus menolak Miss World. Bahkan wanita yang berhijab pun enggan memberikan suaranya untuk menolak kedatangan Miss World dengan alasan “netral aja deh, nggak ikut-ikutan kayak beginian.” Upsss!

Karena sejatinya ajang ini bukan hanya sekedar brain and behavior. Tapi adanya unsur maksiatullah melalui eksploitasi kecantikan fisik yang hanya dibalut dengan brain dan behavior orang sudah banyak yang tertipu. Apalagi Indonesia sebagai Negara Muslim harus memberikan penyikapan yang tegas dan jelas untuk menolak ajang Miss World. Akan jadi bangsa yang seperti apa jika para Miss Miss dan Puteri Puteri yang seperti itu dijadikan contoh dan icon negara?

Berlomba-lomba untuk menjeniuskan otaknya? I doubt of it. Atau malah berlomba-lomba menampilkan gitar tubuhnya demi memperoleh pujian dari mulut orang? Sepertinya itu kemungkinan besar. Padahal sejatinya itu akan menurunkan harkat dan martabat wanita sesungguhnya. Wanita seperti itu tidak ada mulyanya samasekali. Mereka hanya ‘mulya’ di mata orang yang berduit alias penikmat kepuasan atas aurat mereka. Saat itulah sejatinya terjadi kerendahan taraf berfikir manusia. Wuusshh, ckckck... naudzubillah.

Jadi ceramah panjang lebar tentang Miss World. Tapi memang harus ditolak dan itulah alasan dan penyikapan yang tepat kenapa harus menolak kedatangan Miss World. Semoga sedikitnya bisa memberikan maklumat sekaligus kesadaran bagi yang belum sadar.

Itulah sekilas cerita tentang kesibukanku setelah memasuki dunia kampus. Kita lihat, kejutan apa yang bakal kudapat selanjutnya. Ini masih belum mulai kuliah lhoo... Nantikan tulisanku selanjutnya
:-)


Kamis, 15 Agustus 2013

Suratku untuk Bude

Di suatu pagi tepatnya H+2 lebaran aku main ke rumah bude di Ponorogo. Rumahnya tidak begitu jauh dari rumah kakek nenek. Bisa ditempuh pake sepeda. Bisa dibayangkanlah, bagaimana suasana pedesaan yang di kelilingi oleh sawah dan gunung pasti sejuk dan segar. Rumahnya masih dalam proses pembangunan. Lantai dan tembok masih beralaskan semen yang sebagian belum rata. Kata bude, setidaknya kamar bisa digunakan untuk tidur maka sudah sah untuk ditinggali. Yah, meskipun kaca cendela belum ada, bangunan lantai dua malah belum ada pintu dan cendela. Padahal laptop, iPhone, dan barang-barang berharga lainnya ada di kamar. Dan dengan entengnya bude meninggalkan rumah untuk berkunjung ke rumah tetangga dan membiarkan rumah tanpa penghuni (jgn salahkan maling bertamu, heheh).

Sebenarnya tujuanku datang ke rumah bude hanya buat habisin novel yang tebelnya 390an halaman. Habisnya di rumah kakek nenek banyak saudara yang kumpul termasuk abah, ibuku, dan adik-adikku. Tanpa ada yang mengganggu, aku duduk di teras dengan buku di tangan. Tiba-tiba bude mendekatiku lalu bercerita panjang lebar. Curhat mendadak. Di sini aku nggak bisa menceritakan apa yang bude ceritakan kepadaku. Terlalu terbuka. Pokoknya sesuatu tentang keluarganya, a problem.

Dan yang aku herankan kenapa bude bercerita itu kepadaku. Akukan masih ‘kecil’ (eitsss...). Maksudnya apa yang diceritakan bude itu masih belum menjadi duniaku saat ini. Ya begitulah... Mungkin itu sudah waktunya meledak dan tidak bisa dibendung lagi. Jadinya aku binggung mau ngasih solusi yang sesuai Islam. Tapi akhirnya itu menjadi motivasi bagiku untuk semakin mendalami segala macam sisi dari apa yang sudah diajarkan dalam Islam. Meskipun saat ini masalah itu tak mungkin terjadi padaku, kecuali beberapa tahun ke depan dan pastinya setelah aku menikah. But it’s out of my wish, naudzubillah.

Aku jadi sedih tidak bisa memberikan solusi yang pas buat bude. Serasa useless person. Meskipun sempat berkata sekata dua kata tapi aku tidak puas dengan jawaban yang kuberikan. Setidaknya aku sudah mencoba.

Setelah pembicaraan selesai aku berpikir, enaknya apa yah yang bisa aku berikan kepada bude...

SURATKU UNTUK BUDE...

Budeku tercinta yang insyaAllah dirahmati Allah. Ini ada sedikit penyejuk dariku lewat tulisan ini. Semoga bisa memberikan senyuman di wajah Bude dan bisa meningkatkan keimanan Bude kepada Allah. Sebenarnya tulisan yang aku buat ini juga menjadi intropeksi bagi diriku pribadi. Tapi subjek yang aku buat di sini sebagai ‘Sang Penulis’. Sekaligus doaku kelak untuk menjadi penulis best seller. Heheh... amin...

Ada satu keyakinan yang juga menjadi pelajaran buat sang penulis untuk diyakini, bahwa setiap masalah pasti PUNYA jalan keluar kecuali KEMATIAN. Siapa bilang masalah semanis saat kita mendapat sebuah mobil atau rumah mewah? Semua orang tahu bahwa masalah adalah PAHIT. Tapi tidak semua orang tahu bahwa kemarahan bukan satu-satunya obat. Sakit...jengkel...memang iya. Kebanyakan mereka lupa akan arti KETULUSAN dan KEIMANAN.

Saat mereka berkata terhadap masalah,

"Wahai masalah sekarang aku sudah tulus dan sabar menghadapimu, kemarin aku juga sudah tulus dan sabar mengobati lukamu. Tapi detik ini kesabaranku mulai habis. Aku tak tahan lagi. Aku sudah berusaha sabar dan mempunyai niat baik, percuma tetap saja masalah itu ada malah makin besar."

Dan sampai hari-hari berikutnya ia sudah bosan dengan ketulusan dan kesabaran. Ia sudah muak dengan masalah yang bertubi-tubi menimpanya. Lebih mengikuti hati yang selalu membenarkan dirinya tanpa melihat akar penyebab permasalahan terjadi.

Yang menjadi pertanyaan, apakah seperti itu arti ketulusan dan keimanan? Ketulusan tidak mengenal sekali, dua kali. Dia butuh kesetiaan sepanjang masa. Dan kesetiaan tidak akan bisa dijalani tanpa keimanan dalam.

Memang tidak ada yang menjamin permasalahan itu selesai begitu saja saat ketulusan dan keimanan sudah dimiliki, kecuali Allah. Saat kemarahan muncul itu wajar. Tapi ingatlah bahwa Allah tidak akan ridho dengan segala sesuatu yang diselesaikan dengan amarah.

Ketika ketulusan dan keimanan sudah menyatu, mulut dan sikap kita akan dituntun olehNya untuk menuju kebaikan. Allah sudah menentukan jalan hidup manusia. Dan pastinya Allah sudah menyiapkan dan menawarkan solusi terbaik atas kebelitan hidup yang takkan pernah disangka oleh manusia. Namun, secara tak sadar kebanyakan manusia terkadang justru menghindar dari solusi itu karena sudah terlanjur terbalut oleh kebencian dan amarah.

Mungkin sang penulis tidak memiliki masalah yang Anda hadapi dan pastinya tidak bisa membayangkan bagaimana sang penulis juga bisa menghadapi saat ia mendapatkan masalah seperti Anda. Tapi sang penulis yakin tidak ada masalah yang hebat kecuali KemahaperkasaanNya karena sejatinya raga dan hidup ini ada yang menciptakan dan ada mengatur. Dan juga sang penulis ingin menuntun cara berfikir Anda untuk menaklukkan masalah dengan keimanan kepada Allah. Terus meneruslah dekat denganNya karena dengan kedekatan denganNya tiap keluh kesah yang keluar dari mulut akan terjawab.

Bagaimana Allah akan mendengar sebuah doa jika hambaNya saja masi enggan untuk melaksanakan syariatNya?

Jangan pernah berkata masalahku sangat besar dan tidak ada solusi. Tapi baliklah perkataan Anda, wahai masalah Allah Maha Besar dan Berkehendak atas segala sesuatu.

Mungkin itu yang bisa aku kasih ke Bude. Maaf, barangkali ada salah kata. Tak lain niatku hanya ingin membantu memberikan senyuman tulus kepada Bude untuk menghadapi kehidupan yang serba liku. Dan tak lain aku sayang Bude karena Allah. Karena dengan hubungan antara 2 orang atau lebih berlandaskan cinta karena Allah, Ia akan memberikan keridhoan sepanjang hubungan tersebut J


Salam semangat untuk Bude JJJ

Jumat, 02 Agustus 2013

List Impianku Setahun Lalu


Beberapa hari lalu iseng bukain binder bekas SMA dulu. Kubuka perlembarnya dan kutemukan INI... Ternyata masih ada. Aku lupa kalau aku pernah melakukan ini. Sesuatu yang terjadi setahun lalu. Mengingatkan apa yang pernah kutulis saat aku di kelas 12 six sense menunggu kedatangan guru masuk kelas. Tepatnya hari kamis 26 Juli 2012 (hari ke-7 bulan Ramadhan) pukul 11:25. Aku duduk di lantai memegang binder dan pensil menuliskan sebuah impian yang hendak kucapai kelak saat aku lulus.

Ya Allah, saksikanlah...
Kelak di umurku ke-18
Aku akan masuk jurusan
PSIKOLOGI... FISIOTERAPI...
Or... FARMASI UNAIR
Tolong saksikan MIMPI BESARKU
Ya Allah...
Tertanda
Tekadku

AZIMATUR ROSYIDA

Beberapa menit kemudian, kegalauan muncul. Jadi psikolog iya nggak yah? Bisa nggak yah? Akhirnya aku putuskan,
Ya Allah, saksikanlah...
Kelak di umurku ke-18
Aku akan masuk jurusan
PSIKOLOGI... FISIOTERAPI...
Or... FARMASI UNAIR
Tolong saksikan MIMPI BESARKU
Ya Allah...
Tertanda
Tekadku

AZIMATUR ROSYIDA

Psikologi aku contreng dari list impianku. I doubt it. Lalu setahun kemudian sebelum pengumuman penerimaan mahasiswa baru di PTN yang aku impikan, aku memutuskan untuk menghapus fisioterapi dari list impian karena ternyata saat aku memilih jurusan yang ingin aku tujuh aku tidak memasukkan fisioterapi dalam pilihan jurusan. So, tidak mungkin aku akan menjadi ahli fisioterapi.

Ya Allah, saksikanlah...
Kelak di umurku ke-18
Aku akan masuk jurusan
PSIKOLOGI... FISIOTERAPI...
Or... FARMASI UNAIR
Tolong saksikan MIMPI BESARKU
Ya Allah...
Tertanda
Tekadku

AZIMATUR ROSYIDA

Jadinya ada dua contrengan di kertasku. Hanya tinggal satu yang ingin dan harus aku capai. FARMASI. Entah kenapa semenjak 3 tahun di SMA aku sudah membayangkan akan memasuki jurusan itu. Ya begitulah, terkadang untuk menyukainya tidak butuh alasan. Awalnya aku mengidamkan jurusan kedokteran. Lambat laun sepertinya Allah semakin memantapkan pilihan yang sesuai denganku. Sudah kucuba menyesuaikan suara hati dengan pilihan kedokteran. Tapi apa mau dikata keduanya tidak bisa menyatu dan semakin jauh. Bahkan untuk menjawab ‘aku ingin masuk kedokteran’ saat seseorang bertanya kepadaku jurusan apa yang hendak aku pilih saat lulus, berat dan keraguan muncul. (seingatku) Akhirnya aku tidak pernah memasukkan pilihan kedoteran dalam list impian.  


Saat aku melihat lembaran ini senyuman mengembang di wajahku. Seakan tak percaya satu mimpiku ini telah teraih, dream comes true. Alhamdulillah. Mimpi yang kubangun 3 tahun yang lalu. Unbeliveble. Dan insyaAllah aku siap menyambut tanggal 19 Agustus 2013 untuk pengukuhan sebagai maba Farmasi Unair. ;-)

Jumat, 19 Juli 2013

Ada yang Serba Ungu-Ungu nih dari Bang Felix...


Yuk, Behijab!

Baru beli di bulan pertama penerbitan, Juli 2013 dan masih baru cetakan pertama. Penerbit Mizania.
Awalnya waktu pergi ke toko buku Togamas aku berniat beli buku Rantau 1 Muara. Eh waktu mata ngelirik kanan kiri ngeliat ada buku ini. Beli deh. Padahal tadi sebelum berangkat izinnya ke ibu cuma beli satu buku. Pulang-pulang bawa 2 buku dan habisin lembaran merah pula. Hiks...hiks...

Satu keuntungan di Togamas yang nggak pernah kalian temuin di toko buku lain (kali’...) adalah diskonnya. Di Togamas rata-rata semua bukunya diskon 25%. Harga asli buku ini 52.000 didiskon 15%, jadinya cuma 44.200. Seruuu... Kok, jadi promosi yah...

Ok, let’s check it out...

Secara global buku ini menjelaskan tentang kewajiban menutup aurat yang SYAR’I bagi Muslimah. Berkerudung dan menutupi seluruh aurat, kebanyakan wanita Muslim pasti sudah tahu. Tapi, tidak banyak wanita Muslim yang tahu bagaimana cara menutup aurat yang benar sesuai perintah Allah dalam al-Quran. Jangan pikir dengan menutupi seluruh aurat berarti sudah memenuhi persyaratan dalam Islam. Yang nutup aurat ala body-lah (body press), yang pake kerudung ala punuk unta-lah (nonjol-nonjol di kepala), yang pake make up warna warnilah di muka.  Masih ada beberapa ketentuan penting lainnya yang wajib dipenuhi pula. Bila tidak, murka Allah akan selalu terbuka untuk kita. Na’udzubillah...

Lagian buku ini insyaAllah akan sangat menarik untuk dibaca karena desainnya mirip komik dan full color. Visualisasinya keren abizzz... Dan di setiap lembarnya selalu ada kejutan gambar yang seru dan lucu.

Mangkanya buruan baca sebelum murka Allah datang dan kita bisa segera bertaubat setelah mengetahui kebenaran dariNya. Dan supaya kita bisa menjadi Muslimah sejati yang taat terhadap segala ketentuan dan peraturan dari Allah. InsyaAllah Surga akan teraih. Aminnn... ;-)

Rabu, 17 Juli 2013

‘LUCUNYA’ DAKWAH DI KAMPUS UNAIR. Hiks... hiks...

Semoga pengalaman ini bisa semakin menghidupakan dakwahmu di kampus...


Ceritanya berawal daftar ulang calon mahasiswa baru (maba) yang berlangsung tanggal 16-17 Juli kemarin di Universitas Airlangga. Alhamdulillah, tanggal 8 Juli adalah tanggal ditetapkannya takdirku menjadi calon  mahasiswa baru di UNAIR di fakultas farmasi dengan prodi S1 pendidikan apoteker. Predikat mahasiswaku tidak akan lengkap tanpa daftar ulang yang berlangsung di gedung ACC UNAIR. So, tanggal 16 sangat kutunggu-tunggu.

Nggak kebayang gimana lamanya daftar ulang yang harus menampung ratusan calon maba. Pasti banyak waktu yang kebuang di sana kalau kita nggak punya ide untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat dan mendatangkan pahala apalagi di bulan Ramadhan. Nah, kalau udah ngaku pejuang Islam ideologis penerus pejuangan rosul pasti akan memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin untuk saling share tentang Islam kepada teman-teman yang baru dikenal.

Sebelum daftar ulang berlangsung, aku bertemu dengan beberapa kakak angkatan yang betul-betul memahami Islam dan beberapa dosen ideologis juga. Di situ kita membahas tentang kegiatan yang bakal dilakukan saat daftar ulang calon maba berlangsung. Akhirnya, kami memanfaatkan waktu itu untuk berinteraksi dengan calon maba sekalian sebar opini tentang berbagai macam fakta kerusakan sekarang sekaligus dimintai no telpon barangkali bisa diajak ke kegiatan kajian Islam lain waktu.

Ternyata rencana kami sudah di dengar oleh anggota BEM yang juga ditugasi untuk menjadi panitia penerimaan calon maba. Jadi kendali penuh daftar ulang calon maba ada di tangan mereka. Anak BEM sangat ‘berhati-hati’ dengan kegiatan yang bakal kami lakukan saat daftar ulang calon maba karena mereka menganggap kami akan menyebarkan ide-ide kepartaian, brand washing, dan segala macam isu-isu negatif tanpa pembuktian. Wew, dugaannya nyeleneh dan jauh banget dari faktanya. Kami loh tidak melakukan apa-apa dan tidak se-extrim itu. But, no prob, kami akan terus melakukannya.

Hari Pertama Daftar Ulang, 16 Juli 2013

BEM sudah bersiap-siap mengerahkan anggota-anggotanya untuk mengantisipasi masuknya kakak-kakak mahasiswi yang mau masuk ke pintu masuk pendaftaran karena anggota BEM sudah tahu maksud kedatangan mereka kemari. Apalagi penampilan kakak-kakak mahasiswi yang menggunakan kerudung dan jilbab pasti akan sangat mudah dikenali.

Saat aku memasuki pintu masuk pendaftaran, sepertinya anak BEM mulai mencurigaiku karena aku memakai kerudung dan jilbab. Tapi beruntung, di belakangku ada ibu yang menemani dan beberapa dari mereka sudah tahu kalau beliau dosen di UNAIR. Jadi, mereka tidak mau bertindak macam-macam. Heheh. Lantas gimana kakak-kakak mahasiswi yang lain? Mereka bisa masuk nggak yah?

Tapi alhamdulillah, saat aku mencari tempat tangga duduk yang kosong aku melihat beberapa dari mereka berhasil masuk tanpa dicurigai oleh pihak BEM. Dan beberapa dari mereka juga sudah mulai berbincang-bincang dengan calon maba. Pasti calon maba juga seneng kalo didekati sama kakak angkatan ;). Di depanku beberapa anak BEM berjalan mondar-mandir terlihat seperti mengawasi kami-kami. Nggak lama kemudian, aku melihat mbak BEM tiba-tiba naik ke tangga. Dan saat aku lihat arah jalannya menuju ke salah satu kakak mahasiswi yang menggunakan jilbab yang lagi berbincang-bincang dengan calon maba. Wah, apa gerangan yang terjadi? Jangan-jangan? Dan ternyata betul seperti dugaanku, kakak itu langsung di suruh keluar oleh mbak BEM. Ya Allah, sebegitukah? Emangnya anggota BEM tahu betul apa yang kami lakukan. Orang kami juga hanya mengajak kenalan dan berbincang-bincang mengenai kemahasiswaan. Barangkali dari situ kami bisa memberikan motivasi kepada calon maba. Lagian kalau mereka menganggap kami menyebarkan ide-ide Islam yang brand washing, mananya yang brand washing? Kalian dan kami adalah orang Islam. Ngajak ngaji Islam aja udah dicuragai yang nggak-nggak. Pliss deh, kalian Muslim nggak sih. Mengaku Muslim tapi malah menghalangi aturan Allah disebarkan. Ckckck... nggak habis pikir apa yang ada dipikiran mereka. Dosa loh...

Kalau aku sih alhamdulillah aman-aman aja, jauh dari incaran anak BEM. Jelaslah, akukan calon maba. Jadi, aku bisa mendapatkan banyak kenalan meskipun cuma tiga anak dan sekalian diskusi tentang sistem pendidikan sekarang yang berorientasi duit. Tuh kan, nggak aneh-aneh, nggak seperti yang ada di bayangan mereka, anak-anak BEM. Mangkanya jangan su’udzon dulu to mas mbak BEM... mbo’ ya tabayyun.

Hari Kedua Daftar Ulang, 17 Juli 2013

Nah, di hari kedua ini kisahnya baru sesuai dengan judulnya ‘Lucunya’ Dakwah di Kampur UNAIR. Kalau di hari pertama tadi bisa dilucu-lucuinlah...

Hari ini aku ke tahap daftar ulang selanjutnya yaitu pemeriksaan kesehatan di rumah sakit UNAIR jam 8 pagi. Setelah selesai di cek pendengaran dan penglihatan sama dokter-dokter muda aku kembali menuju ke gedung ACC UNAIR karena di sana kegiatanku masih berlanjut. Cari kenalan baru lagi... Sebelum sampai sana aku sms ke teman SMP yang kebetulan juga diterima di UNAIR namanya Saffanah sekaligus teman seperjuanganku.

Zizi: Eh, km  msh d dlm?

Saffanah: Iy, km mau masuk?

Zizi: Iy, ni td hbs pemeriksaan

Saffanah: Oke. Kakak2nya ndak bisa masuk deh kayaknya. Byk anak BEM

Zizi: O gtu. Ak blh msk g yah?

Saffanah: Hoho gatauu, cobaen aja

Kan sebenarnya waktu daftar ulangku sudah selesai kemarin, kira-kira bisa masuk nggak yah sekarang. Ya dah, coba aja, bismillah. Sepertinya penjagaan dari anak-anak BEM lebih ketat daripada kemarin. Sesampainya aku di pintu masuk pendaftaran, tiba-tiba mas BEM menghadangku di tengah pintu. Seperti kriteria yang patut dicurigai, pake kerudung dan jilbab.

Mas BEM: “Ini mau ngapain? Pengantar atau..”

Zizi: “Aku maba mas...”

Mas BEM: “Oo, ya udah silakan masuk”

Dasar anak-anak BEM, mentang-mentang aku pake jilbab langsung aja dicurigai yang nggak-nggak. Saat aku menaiki tangga duduk aku bertemu dengan bu Ami, ibunya Saffanah yang kebetulan juga dosen fisika di UNAIR. Kita bertiga duduk bareng dan berbincang-bincang.

Bu Ami: “Saya tuh heran dengan anak BEM. Mau mereka itu apa? Andai kalau mereka tahu apa yang kita perjuangkan ini untuk Islam dan mereka menghambatnya, dosa besar itu. Sebenernya apa sih yang ada di benak mereka?”

Saffanah: “Iya barusan aku juga ngeliat ada salah satu kakak UNAIR yang juga di deketin ama mbak BEM terus langsung di suruh keluar.”

Setelah itu kami bertiga berpencar mencari kenalan calon maba. Saat aku berbincang-bincang dengan teman baruku lagi-lagi aku melihat mbak BEM sedang mengawasi sekitar. Pandangannya menuju ke atas ke arah bu Ami dan langsung menghampiri. Tapi dia tidak langsung menegur bu Ami. Dia duduk di belakang beliau. Secara gitu, bu Ami kan dosen dan tidak berpenampang seperti mahasiswa. Sepertinya sebelum melakukan aksinya dia berpikir-pikir dulu sambil mengawasi. Takut salah target kali...

Dan alhamdulillah, akhirnya hari ini aku bisa dapat 2 kenalan. Salah satunya juga sama-sama anak farmasi dari Malang.

Sampainya di rumah aku menceritakan semua yang terjadi hari ini kepada ibuku. Ternyata ibuku juga punya cerita yang nggak kalah seru. Kebetulan tadi ada salah satu teman ibu berinisial pak M yang anaknya juga daftar ulang hari ini. Beliau seprofesi dengan ibuku sebagai dosen matematika.

Pak M bercerita kepada ibu dengan kondisi marah, “Tadi saya mengantarkan anak saya daftar ulang karena sempat ada beberapa masalah dengan NIMnya. Lah, waktu saya masuk ke gedung tiba-tiba ada anak BEM hadang saya dan tanya sedang apa bapak kemari, kalo tidak berkepentingan dilarang masuk. Berani-beraninya. Saya ini dosen di sini anak saya sedang ada masalah di dalam. ‘ooh... gitu pak, ya, ya, silakan masuk pak’. Andai dia tahu kalo aku barusan naik tensi bu, dia nggak bakal berani hadang saya kayak gitu. K****G A**R itu...”

Aku langsung tertawa saat ibu menceritakannya. Akhirnya dia bisa merasakan ulahnya sendiri. Salah sendiri siapa suruh berantisipasi tinggi terhadap semua orang yang masuk gedung. Kena makan dosen kau... Lah sekarang pertanyaannya, yang bikin ketidaknyamanan siapa? Yang bikin kegaduhan siapa? Yang jadi ‘badan intelejen’ siapa? Yang jadi mata-mata siapa? Jelas-jelas orang bisa bebas keluar masuk, siapapun berhak masuk. Lah kok aneh-aneh, pake ditanya-tanyain segala. Giliran yang kena dosen, mau apa? Orang berbuat sesuatu karena Allah kok dihambat. Jangan berani-berani dengan Allah.

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (TQS. Ar-Rum [30]:7)

“Dan orang-orang yang mencurahkan kemampuannya semata-mata karena Kami.” (TQS. Al-Ankabut [29]:69)

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian.” (TQS. Muhammad [47]:7)

Hampir Menuju 100% Jadi Mahasiswa

Inilah jawabannya...

Alhamdulillah, setelah sekian lama impian ini terpendam selama 3 tahun. Akhirnya berbuah juga. Insya Allah aku hampir dinyatakan 100% menjadi mahasiswa S1-Farmasi UNAIR karena hari ini aku sudah melewati daftar ulang, yeeee...  meskipun sebenernya lamanya daftar ulang nggak keitung karena aku harus antri di 5 loket A-E. Untuk melengkapinya menjadi 100% aku harus melewati ospek dulu baru bisa dibilang mahasiswa farmasi UNAIR. Tapi gitu-gitu aku udah kepedean ganti profil studi di fb focus on Faculty of Pharmacy at Airlangga University. Heheh, but no prob. Lagian sebenarnya aku sudah dinyatakan sebagai mahasiswa di UNAIR, kan aku uda punya NIM. :-) Judulnya juga nggak gitu-gitu amat sih sebenernya.

Mungkin temen-temen yang udah diterima di PTN pasti ngerasain gimana proses pengumpulan data saat daftar ulang yang ribetnya minta ampun. Sampai segala macam kertas yang mencantumkan kekayaan kita harus di upload, kayak rekening tagihan air, rekening tagihan listrik, rekening pajak, luas tanah, daftar gaji orang tua perbulan, dan yang sejenis itu. Setelah 2 hari lamanya baru bisa selesai semua, mana saat proses pengiriman data koneksinya lola banget pula. Jadi merasa terganggu dan kurang khusu’ melaksanakan ibadah puasanya. Tapi alhamdulillah bisa selesai juga dan jadwal untuk daftar ulang akhirnya muncul, tanggal 16 Juli 2013, jam 08:30.

Pagi ini aku sudah menyiapkan diri tepat waktu dan datang tepat pukul 08:30 sesuai jadwal. Kupikir aku bakal dapat no urut depan, ternyata jauh dari dugaan aku dapat no urut 248. Dan saat itu yang baru dipanggil baru no 1-25. Wew… bakal ngapain nih sambiil nunggu dipanggil petugas. Aku manfatin aja buat kenalan ama maba yang lain sekalian ngajak mereka diskusi tentang sistem pendidikan sekarang, pasti bakal nyambung. Dia sendiri juga ngerasa kalo sistem pendidikan sekarang berlandaskan materialistik. Buat dapetin satu kursi di PTN yang diinginkan aja bisa ngeluarin ratusan juta kalo ternyata dari sisi akademiknya jelek dan susah cari PTNnya. Sistem pendidikan dijual dengan uang? Macam apa itu? Tapi aku sih belum sampai menjelaskan sampai ke solusi Islam soalnya setelah diskusi aku baru tahu kalo dia Kristen. But it’s ok, bertahap. Kan Islam juga agama yang menaungi seluruh umat manusia.

Kembali lagi… Dan akhirnya sekitar pukul 12an no urut 226-250 dipanggil untuk menuju ke… (kita liat, hampir ada masalah di tiap loket)

Loket A. Di loket A ada sekitar 6 petugas kalo nggak salah yang mengecek kelengkapan data calon maba. Dan asemnya, kebetulan aku kedapetan antrian barisan yang petugasnya lama banget ngecek data calon maba dibanding petugas lain. Temen-temen di barisan sebelah kanan kiriku sudah maju lima kursi sedangkan aku masih stagnan di tempat dudukku. Akhirnya, it’s my time. Sebelumnya aku sudah mengecek kelengkapan data-dataku dan aku percaya tidak ada yang kurang karena sudah sesuai dengan persyaratan. Tapi eh tapi, tanpa pemberitahuan sebelumnya tiba-tiba petugas meminta fotokopi KK. Padahal jelas-jelas tertera dipersyaratan nggak disuruh fotokopi KK. Dan akhirnya orang tuaku bela-belain pulang ke rumah lagi buat ambil KK. Ckckck…

Loket B. Loket tempat verifikasi sidik jempol. Lagi-lagi masalah datang lagi. Secara gitu, yang namanya auditorium UNAIR itu gede, luas, dan pasti ber-AC. Itu yang membuat masalah karena telapak tanganku jadi kering kerontang sampai kayak kulit nenek-nenek ditambah tubuh dalam kondisi kekeringan karena puasa. Jadinya sidik jempolku tidak terdeteksi dan solusinya harus dibasahi. Namanya juga bulan puasa pasti nggak ada air minum dong. Satu-satunya solusi aku harus ke kamar mandi dan lokasinya lumayan jauh dari loket B. Tadinya sih aku berencana melakukan hal jorok, heheh. Coba tebak apa… iya, dikasih air ludah. Tapi itu nggak bakal aku lakuinlah #gilani. Saat kembali dari kamar mandi aku harus antri lagi untuk mendapatkan giliran.

Loket C. Ini loket yang aku tunggu-tunggu. Sebenernya semua loket juga butuh penungguan. Tapi yang ini beda soalnya di loket ini aku akan memilih ukuran jas almamater yang akan aku pakai saat kuliah nanti. Jadi merasa berbangga diri akan menjadi mahasiswa, eh mahasiswi sungguhan. Aku dapat ukuran M. Dan aku juga mengukur topi, entah topi apa itu namanya, agak aneh bentuknya.

Loket D. Kalo di loket C sih memang nggak ada masalah. Di loket ini pengambilan foto calon maba buat kartu mahasiwa. Kerudungku kontrol nggak yah? Wih.. pake jas almamater juga fotonya! Cekrik… dan saat aku lihat hasilnya mataku mengkerut. Hah… jelek banget hasilnya. Ini fotokan buat seumur hidup jadi mahasiswi. Perasaan dari dulu tiap kali foto buat jangka panjang entah KTP, paspor selalu un control. Ya sudahlah…

Loket terakhir… Loket E. Di sini calon maba akan diberikan jadwal untuk tes kemampuan dan tes B.Inggris (TOFEL).  

Setelah itu, it’s time to open rekening. Ini juga waktu yang aku tunggu karena aku akan mendapatkan rekening tabungan baru dan pertamakali dan ATM privacy. Selama ini sih kalo transfer uang masih atas nama abahku. Dan sekarang aku akan mendapatkan ATM atas my own name.


Dan akhirnya sekitar pukul 1 siang aku bisa meninggalkan auditorium dan pulang. Tapi sebelumnya aku sempet mampir dulu ke stand anak farmasi buat tanya-tanya tentang ospek dan mengisi form sekalian kenalan ama kakak-kakak angkatan, meskipun sebenernya aku ama mereka seumuran sama-sama lahiran 94. Sebenernya ada keanehen yang terjadi. Kebetulan saat aku ke stand tersebut aku membawa adikku berumur 5 tahun karena ibu menitipkannya padaku sebentar. Masak waktu aku ngajak adikku aku dibilang ibunya. Wew yang bener aja, gua kakaknya. Nggak keliatan muka semuda ini ala mahasiswa. Waktu aku cerikan hal itu  kepada ibuku, ibuku ngakak abis. Dan parahnya lagi ibuku juga pernah dibilang orang nenek-nenek soalnya bawa anak kecil umur 5 tahun. Ckckc... Dunia sekarang memang aneh.






21:30/16-07-13/Selasa/Daftar Ulang

Minggu, 07 Juli 2013

PLAN B TERLAMPAUI, AKHIRNYA...

Dag dig dug... tinggal 19  jam 14 menit lagi batas penantian akan berakhir. Semoga sesuai dengan harapanku.

Tadi pagi aku mengikuti tes ujian mandiri di UNAIR kampus B. Jujur, aku samasekali tidak tegang menghadapinya. Bahkan aku menganggapnya hanya ‘main-main’. Kalau dibanding dengan perasaanku saat mengikuti tes SBMPTN jauh lebih wow dag dig dugnya dan lebih tegang. Gimana tidak. Jelas-jelas biaya pendidikan kuliah melalui jalur SBMPTN lebih murah dibanding jalur mandiri. Mana tes mandiri yang aku pilih UNAIR pula, yang katanya hanya satu-satunya PTN yang mengenakan UP mahal. Jelas aku tidak berharap bisa masuk melalui jalur ini. Buat jaga-jaga aja sih, barang kali ada something unpredictable yang tiba-tiba terjadi. Dan mungkin dengan aku mengikuti jalur mandiri ternyata itu jalur yang terbaik buatku. But, I don’t know, actually it’s not my wish. I just try and take a chance.

Sebenernya tadi pagi yang membuatku bête. Jelas-jelas di kartu identitasku ujian mandiri akan dimulai pukul 08.00 dan peserta dihimbau untuk hadir 30 menit sebelum ujian dimulai untuk pengecekan ruangan. Aku sudah mempersiapkan diriku lebih awal, bahkan sekitar 45 menit aku sudah tiba di tempat. Eehh, ternyata saat aku menaiki tangga menuju lantai tiga di gedung FISIP, suasana sudah sangat sepi. Gimana nggak shock… Saat aku menemukan ruanganku 308 dan aku membuka pintu, semua peserta sudah duduk rapi dan sudah melingkari bulatan-bulatan di lembar jawaban. Jadi heran ama sistem waktu orang Indonesia, unpredictable… kadang suka telat. Tapi giliran in time, kebablasan sampai-sampai sudah mulai duluan sebelum jadwal yang ditetapkan. Jadi bikin pikiran kacau. Tapi secepat mungkin aku bisa menangkalnya.

Dan kali ini aku bisa bangga pada diriku sendiri karena manajemen waktuku bagus dalam mengerjakan soal. Aku berhasil mengerjakan soal yang aku bisa sampai waktu habis. Yah, meskipun sempet kelewatan 2 soal yang belum aku baca sih. But over all, it’s ok. Ketimbang saat aku mengikuti SBMPTN. Bahkan menit-menit sebelum bel, aku belum memulai mengisi lingkaran. Parah… tapi, itu sudah berhasil aku atasi dan jadinya pasti ngos-ngosoan.

Aku benar-benar enjoy mengikuti ujian mandiri ini. Saat ujian mandiri berlangsung otakku tidak sepenat dan sekaku saat mengikuti SBMPTN. Karena aku menganggap aku tidak harus memenuhi tuntutan untuk masuk melalui jalur mandiri. Jadi benar-benar bisa merasakan bedanya saat otak dipaksa untuk tidak tegang dengan otak yang dengan sendirinya merilekskan diri. Kata ibuku, jangan tegang anggap aja main-main. Lagian kamu juga udah keterima di SBMPTN. Amin… Kata-kata itu lumayan manjur juga untuk melunakkan otakku.

Ah, insyaAllah dah. Don’t talk about ujian mandiri. Aku yakin aku bisa diterima di SBMPTN. Kita lihat saja apa yang terjadi 19 jam ke depan. InsyaAllah, aku sudah berusaha memaksimalkan usahaku untuk memperoleh apa yang aku impikan. Aku yakin Allah sudah mempersiapkan yang terbaik buatku dan pastinya untuk jalan dakwah ini. –,<

Oh y, tadi juga ada kejadian yang hampir membuatku menangis, lebih ke mewek sih sebenernya, nggak sampek mengeluarkan air mata kok. Saat keluar dari ruangan 308, aku menyengajakan diri untuk tidak langsung pulang. Duduk di koridor bentar sambil baca koran dan nungguin parkiran yang ramai motor keluar. Udah sepi, aku langsung beranjak ke parkiran. Pake slayer, kaos tangan, helm, dan… OH GOD… TIDAK… DI MANA KUNCI MOTORKU??? Aku obrak-abrik tasku barang kali terselip. Padahal tasku kecil dan hanya ada 1 kantong besar dan 1 kantong kecil. Sebenernya cuma dilihat aja tanpa diobrak-abrik bisa keliatan di situ ada kunci atau tidak. Gantungan kuncinya besar bertali. Masalahnya, itu motor yang kupakai bukan motorku. Itu motor pinjaman. Kalau motorku juga bakal masalah sih. Oh tidak, what should I do. Aku berpura-pura menampakan wajah setenang mungkin karena aku tidak ingin orang bisa membaca wajahku yang lagi kehilangan barang lalu mereka juga akan meributkan kunciku yang hilang.

Aku kembali menelusuri jalan yang aku lewati. Tapi tidak ketemu. Ya Allah gimana nih. Nggak mungkin aku menghilangkan kunci yang bukan punyaku. Kalangkabut… Tapi aku yakin pasti ada jalan, pasti. Tiba-tiba terlintas ingatan. Perasaan aku tadi samasekali tidak memasukkan barang kecuali slayer dan kaos tanganku ke dalam tas. Apa jangan-jangan… akhirnya aku langsung menghampiri petugas parkir dan menanyakan kunciku. Perasaanku lega ketika mendengar petugas menjawab, “ooo, yang ada talinya panjang itu yah?”

Alhamdulillah, meskipun belum pasti itu punyaku atau bukan setidaknya berpeluang besar kalau kunci itu pasti punyaku. Dan ternyata betul. Huh… bisa pulang deh tanpa membawa masalah. So, NOTE: Jangan bertindak ceroboh dalam kondisi apapun.

Senin, 01 Juli 2013

My Master Plan

Rencana Masa Depan:

TAHAP PERTAMA: SBMPTN. Target: Farmasi-UNAIR, FKM-UNAIR, Tekpang-IPB. I'm waiting for U
- Pengumuman: 12 Juli 2013

PLAN B: ikutan PPMB UNAIR (Farmasi), insyaAllah segera daftar.
- Pendaftaran: sd 3 Juli 2013 (300.000)
- Ujian: 7 Juli 2013
- Pengumuman: 15 Juli 2013
- Registrasi MaBa: 29-31 Juli 2013

PLAN C: ikutan SPMK UNIBRAW (Farmasi). Daftarnya bisa nungguin pengumuman SBMPTN dulu. 
- Pendaftaran: sd 14 Juli 2013 (500.000)
- Ujian: 18 Juli 2013
- Pengumuman: 23 Juli 2013


(175.000+300.000+500.000=975.000. Gila... buat daftar doang, udah habisin hampir sejuta, ckckck)

Kalau dari ketiga plan kagak keterima juga (mati aja...!!!). Nggaklah, seorang Muslim sejati nggak boleh patah hidup dong. STRONG WILLING & STRONG FAITH, that's the key to reach my future. Always be positive. Allah knows the best for me. Wish me luck...

And... Harapan terakhirku dari yang paling akhir...

Rabu, 08 Mei 2013

Aku Mendapatkannya Lagi...



Aku mendapatkan buku ini tanggal 26 April 2013 waktu aku pulang kampung ke Surabaya. Awalnya aku berniat membeli buku ini karena buku ini memang dijual. Tapi ternyata, buku ini secara cuma-cuma langsung diberikan kepadaku. Alhamdulillah, yang namanya rizki nggak bakal ke mana. Sampai-sampai aku menandai buku ini from precious someone, karena yang memberikan buku ini adalah salah satu teman ibuku.

Tekadku dalam Pencarian

Saat ini aku sedang menghadap sebuah layar. Memainkan jemari memilih satu per satu huruf untuk menyusun kata-kata sebagai bentuk pengabadian akan sebuah kisah.

Sebuah kisah yang disetiap harinya adaah kejutan, setiap jamnya adalah perjuangan, setiap detiknya adalah persaingan, dan disetiap pengalamannya adalah renungan dalam kesunyian. Itulah yang pertamakali muncul di benakku setelah mengambil kesimpulan dari semua ini.

Berawal dari sebuah malam. Dalam kesendirianku hanya ada aku dan Dia. Aku merangkum segala kejadian yang telah terjadi. Tanpa sepatah katapun terucap dari mulut, aku yakin Dia tahu segalanya. Diam terpanah dalam kegelapan dengan granule-granule cahaya yang tak jelas karena mata ini sengaja kututup. Seakan mata inipun tak kuasa melihat apa yang diri ini perbuat. Itulah titik di mana aku merasa menjadi manusia yang paling hina dengan segala kesombongan yang aku lakukan. Tapi nyatanya di saat kesombongan itu terjadi, diri ini lupa kelak akan datang hari pertanggungjawaban. Sungguh, aku juga tak memahami apa mauku.
Saat malam itu berakhir dan setelah aku membuat tekad baru untuk diri yang lebih baik, cerahnya pagi ternyata enggan menyapa dan sengaja lupa memberitahu akan tekad yang harus kulakukan hari ini karena nyatanya diriku sendiri tidak berani memilih keberanian, takut akan ketakutanku sendiri. Aku terlalu lemah. Betapa lemahnya diriku saat aku mengetahui kebenaran. Namun, lidah ini terlalu kelu untuk mengutarakannya. Sejatinya mulut ini merupakan terjemahan suara hati, tapi sayang justru mulut mengunci diri dari hati yang sedang bergejolak dan terus memberontak. Lantas, bagaimana bisa aku akan memahami diriku sendiri sedang aku selalu menolak suara hati yang mendengungkan kebaikan.

Malam lainpun datang dan membangunkanku. Sepertinya malam selalu menyiratkan sebuah pesan yang sama kepada hati yang sedang netral. Dalam kekhusukan, air mata menjadi penjernih pikiran. Seakan segala penyesalan terlampiaskan bersama alirannya. Dan saat itu aku benar-benar memohon kepada-Nya. Ya Allah, tolong tuntun aku ke dalam jalan-Mu.

Beberapa hari kemudian keajaiban datang. Keajaiban yang akan membawaku ke tempat lain di mana aku takkan hidup lama bersama orang tuaku. Aku yakin, sepertinya ini adalah sebuah jawaban yang sebenarnya kunantikan. Jalan ini sama sekali tak pernah terlintas dalam benak karena ini adalah sebuah pilihan yang berat. Tapi, semakin beratnya pilihan yang aku ambil semakin memberikan keyakinan yang kuat meskipun banyak resiko yang harus kuterima. Hanya berbekal keyakinan dan atas nama-Nyalah aku menerima pilihan ini demi masa depanku yang lebih baik.

Dan akhirnya, DI SINILAH aku mulai mengerti bagaimana sejatinya hidup ini harus dijalankan. Seakan aku baru mencicipi dan merasakan makna persahabatan, pengorbanan, perjuangan, tangisan, tawaan, kebersamaan, kepedulian, dan impian. Dan baru kali ini aku merasakan sebuah ikatan yang sangat kuat. Ikatan yang mengarjarkanku akan makna pertemanan dan persaudaraan. Bukan sembarang ikatan, karena tidak semua orang memahami dan mempunyai ikatan ini. Karena di balik ikatan ini ada Zat Maha Besar. Ikatan yang berlandaskan pada Allah SWT.

Berawal dari angkatan Sagacious yang membuat cabangnya menjadi kelas Six Sense dan Six Pack. Bersamanyalah aku melewati semua ini berserta impian-impianku. Bersamanyalah aku semakin yakin bahwa Allah senantiasa bersama orang-orang yang berusaha di jalan-Nya. Dan pastinya semua ini tak terlepas dari jasa para guru yang berhasil membina angkatan Sagacious menjadi generasi Islam yang bertarget masa depan.

06-05-13/14:48/Senin

Kamis, 02 Mei 2013

SIAPA BILANG GENERASI PERTAMA KORBAN PERCOBAAN? Jangan Takut Menjadi Pendobrak, Karena Pendobrak bukan Pemberontak!



Let’s check it out...

Siapakah manusia yang terhebat yang pertamakali mendarat di bulan?
Niel Amstrong...

Siapakah ilmuwan sesungguhnya yang pertama di dunia sehingga mendapat julukan bapak ilmiah modern, sang fisikawan teori pertama, dan penemu hukum refraksi?
Al Hassan Ibnu al-Haitsam...

Siapakah orang yang berani mengambil resiko kematian dengan melakukan operasi caesar pertamakali di dunia kalau bukan sang ahli yang telah menghabiskan hidupnya untuk belajar?
Al Zahrawi...

Penemu kopi pertama? Tanpanya manusia tidak akan pernah mengenal dan merasakan kenikmatan kopi.
Khalid...

Siapa orang pertama yang mencoba membuat konsruksi sebuah pesawat terbang dan berhasil menerbangkannya bahkan ribuan tahun sebelum Wright bersaudara?
Abbas ibn Firnas...

Siapakah penemu angka nol pertamakali dan seorang ahli aljabar pertamakali di dunia?
Al Khawarizmi...

Siapakah penemu pertama teori relativitas di dunia?
Abu Yusuf bin Ashaq al-Kindi...

And many more... Semuanya telah diabadikan dalam tinta sejarah peradaban emas dunia.

Pertanyaan hanya cukup sebatas siapakah yang pertama, tapi apakah orang lain pernah terfikirkan siapakah yang menjadi kedua...? Karena sejatinya menjadi yang kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh, dan kekeke...takkan pernah berlanjut tanpa ada yang pertama.

Sebenernya tulisan ini terinspirasi dari salah satu pembimbingku di sekolah. Kebetulan angkatanku termasuk angkatan pertama. Jadi, segala macam program baru sekolah ‘dicobakan’ kepada kita. Mulai dari Latihan Kepemimpinan Dasar (LDK), Latihan Kepemimpinan Menengah dan Manajemen (LKMM), dan sampailah ke program terakhir yang lebih besar yaitu Latihan Kepemimpinan Manajemen tingkat Atas (LKMA) goes to Malaysia yang sebelumnya menurut kita program ini nggak bakal terwujud, justru terlampaui dengan sangat sukses. Saat itulah kita merasakan titik puncak keberhasilan akan sebuah impian dan perjuangan yang teraih. Dan pastinya semua pengalaman yang dilakukan angkatan pertama akan selalu menjadi kesan tersendiri dan contoh buat generasi berikutnya untuk menjadi lebih baik. Apalagi kita sebagai seorang muslim yang senantiasa memberikan teladan yang baik kepada adik-adik kelas, dan jika itu terus menginspirasi angkatan-angkatan berikutnya maka pahala juga tidak akan berhenti kepada angkatan pertama sampai kebaikan itu berhenti.

Yang pertama akan selalu menjadi yang pertama. Itulah yang menjadi pembeda yang pertama dan yang kedua. Yang ketiga juga tidak akan pernah menyamai yang kedua, tapi asal tahu bahwa kesamaan yang kedua, ketiga, keempat, dan kekeke...adalah muncul setelah mendapat inspirasi dari sang pertama.

Siapa bilang menjadi yang pertama itu praktis, mudah, simple?

Sulit? Butuh kerja keras? Butuh komitmen tinggi? Disiplin waktu? Dituntut untuk peka? MEMANG HARUS...

Tidak ada sesuatu sekecil apapun yang didapat dengan praktis. Kerikil saja yang sering ditemui di pinggir jalan, mungkin sekilas orang akan menganggap kerikil itu sudahlah kecil sering pula terlempar kesana kemari oleh setiap kaki-kaki atau benda silinder (baca: ban)  yang bertemu dengannya, nggak penting. Tapi  apakah orang pernah terlintas berfikir bahwa ada sebuah pengorbanan dibalik kerikil yang berasal batu yang sangat besar dan berat itu. Bagaimana bisa menjadi batu sekecil itu? Butuh upaya seorang buruh yang rata-rarta berusia senja dengan gaji hanya mencapai se-ribuan dalam seminggu untuk memecahkan batu menjadi kerikil.

Butuh pengorbanan disetiap tekad dalam benak.

Alkisah di sebuah negara kerajaan yang rajanya diktator terus menerus memeras uang rakyat. Beberapa diantara mereka yang membangkang kehendak raja demi memperolah penghidupan yang layak dari sang raja, atau mereka yang mengetahui kebusukannya, ketika esok tiba, tiada yang menahu tiba-tiba menghilang dari keluarganya, ia sudah dicebloskan ke dalam penjara kerajaan. Sudah banyak manusia yang menjadi tawanan, dikurung di sebuah jeruji besi karena dianggap bisa membahayakan kerajaan. Kondisi itu pasti takkan sanggup membuat mereka hidup tahan lama. Atau ketika mereka bisa bertahan lama pun mereka akan selalu sengsara. Namun, kejadian itu tak sampai terjadi ketika ada salah seorang diantara mereka yang menyadari bahwa permukaan bawah yang mereka injak adalah tanah. Jauh dari alat-alat canggih, hanya bersisa satu sumpit yang sudah patah. Itupun bekas alat makan yang sudah diberikan dua hari yang lalu. Ia berusaha mengajak teman-teman seselnya untuk bersama-sama menggali tanah ini hingga menembus pangkal jeruji sel. Tapi semua menolak. Tidak mungkin berhasil. Bahkan beberapa diantara mereka sudah pasrah dengan keadaan sengsara karena mereka yakin berbagai upaya yang dilakukan untuk kabur pasti akan ketahuan.

Saking kuatnya tekad untuk kabur karena tidak ada alasan benar dari sang raja untuk menghukum mereka, ia tetap konsisten dengan tekad dan kebenarannya. Berhari-berhari ia terus menggali tanah dengan sumpit. Bahkan ia sering menggunakan tangannya agar jangkauan tanah yang diambiil lebih lebar dan banyak. Sesekali penjaga datang pada jam-jam tertentu untuk mengecek kondisi para tawanan, sesegera mungkin ia memasukkan kembali beberapa tanah yang sudah digali lalu ia mendudukinya agar tak terlihat oleh penjaga bahwa tanah itu berlubang. Berulang-ulang ia melakukan hal itu. Hanya dengan tekad bahwa selama ini yang ia lakukan benar, justru rajalah yang seharusnya dihukum karena telah menelantarkan dan memeras uang rakyat, ia yakin bahwa yang tidak bersalah pasti akan bebas.

Hari demi hari sampai tiba hari ke-15 ternyata lubang yang digalinya sudah cukup untuk dimasuki satu orang untuk melewati jeruji. Tidak mudah untuk menggali lubah sebesar itu tanpa alat bantu dengan penjagaan yang sangat ketat.

Ia tahu beberapa menit lagi penjaga akan datang, ia pun bersegera menutupi lubang tersebut dan mendudukinya. Segera mungkin ia membongkar tanah-tanah itu lalu mengajak semua penghuni sel untuk keluar satu per satu. Akhirnya mereka berhasil lolos.

So, pesanku to anyone who read this...

Jangan takut untuk menjadi yang pertama, berusahalah untuk menjadi yang pertama, karena yang pertama akan selalu menjadi yang pertama dan akan dikenang selama-selamanya. Berbanggalah. Karena jiwa pertama adalah jiwa PEMIMPIN.

02-03-13/Sabtu/17:26