Rabu, 17 Juli 2013

‘LUCUNYA’ DAKWAH DI KAMPUS UNAIR. Hiks... hiks...

Semoga pengalaman ini bisa semakin menghidupakan dakwahmu di kampus...


Ceritanya berawal daftar ulang calon mahasiswa baru (maba) yang berlangsung tanggal 16-17 Juli kemarin di Universitas Airlangga. Alhamdulillah, tanggal 8 Juli adalah tanggal ditetapkannya takdirku menjadi calon  mahasiswa baru di UNAIR di fakultas farmasi dengan prodi S1 pendidikan apoteker. Predikat mahasiswaku tidak akan lengkap tanpa daftar ulang yang berlangsung di gedung ACC UNAIR. So, tanggal 16 sangat kutunggu-tunggu.

Nggak kebayang gimana lamanya daftar ulang yang harus menampung ratusan calon maba. Pasti banyak waktu yang kebuang di sana kalau kita nggak punya ide untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat dan mendatangkan pahala apalagi di bulan Ramadhan. Nah, kalau udah ngaku pejuang Islam ideologis penerus pejuangan rosul pasti akan memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin untuk saling share tentang Islam kepada teman-teman yang baru dikenal.

Sebelum daftar ulang berlangsung, aku bertemu dengan beberapa kakak angkatan yang betul-betul memahami Islam dan beberapa dosen ideologis juga. Di situ kita membahas tentang kegiatan yang bakal dilakukan saat daftar ulang calon maba berlangsung. Akhirnya, kami memanfaatkan waktu itu untuk berinteraksi dengan calon maba sekalian sebar opini tentang berbagai macam fakta kerusakan sekarang sekaligus dimintai no telpon barangkali bisa diajak ke kegiatan kajian Islam lain waktu.

Ternyata rencana kami sudah di dengar oleh anggota BEM yang juga ditugasi untuk menjadi panitia penerimaan calon maba. Jadi kendali penuh daftar ulang calon maba ada di tangan mereka. Anak BEM sangat ‘berhati-hati’ dengan kegiatan yang bakal kami lakukan saat daftar ulang calon maba karena mereka menganggap kami akan menyebarkan ide-ide kepartaian, brand washing, dan segala macam isu-isu negatif tanpa pembuktian. Wew, dugaannya nyeleneh dan jauh banget dari faktanya. Kami loh tidak melakukan apa-apa dan tidak se-extrim itu. But, no prob, kami akan terus melakukannya.

Hari Pertama Daftar Ulang, 16 Juli 2013

BEM sudah bersiap-siap mengerahkan anggota-anggotanya untuk mengantisipasi masuknya kakak-kakak mahasiswi yang mau masuk ke pintu masuk pendaftaran karena anggota BEM sudah tahu maksud kedatangan mereka kemari. Apalagi penampilan kakak-kakak mahasiswi yang menggunakan kerudung dan jilbab pasti akan sangat mudah dikenali.

Saat aku memasuki pintu masuk pendaftaran, sepertinya anak BEM mulai mencurigaiku karena aku memakai kerudung dan jilbab. Tapi beruntung, di belakangku ada ibu yang menemani dan beberapa dari mereka sudah tahu kalau beliau dosen di UNAIR. Jadi, mereka tidak mau bertindak macam-macam. Heheh. Lantas gimana kakak-kakak mahasiswi yang lain? Mereka bisa masuk nggak yah?

Tapi alhamdulillah, saat aku mencari tempat tangga duduk yang kosong aku melihat beberapa dari mereka berhasil masuk tanpa dicurigai oleh pihak BEM. Dan beberapa dari mereka juga sudah mulai berbincang-bincang dengan calon maba. Pasti calon maba juga seneng kalo didekati sama kakak angkatan ;). Di depanku beberapa anak BEM berjalan mondar-mandir terlihat seperti mengawasi kami-kami. Nggak lama kemudian, aku melihat mbak BEM tiba-tiba naik ke tangga. Dan saat aku lihat arah jalannya menuju ke salah satu kakak mahasiswi yang menggunakan jilbab yang lagi berbincang-bincang dengan calon maba. Wah, apa gerangan yang terjadi? Jangan-jangan? Dan ternyata betul seperti dugaanku, kakak itu langsung di suruh keluar oleh mbak BEM. Ya Allah, sebegitukah? Emangnya anggota BEM tahu betul apa yang kami lakukan. Orang kami juga hanya mengajak kenalan dan berbincang-bincang mengenai kemahasiswaan. Barangkali dari situ kami bisa memberikan motivasi kepada calon maba. Lagian kalau mereka menganggap kami menyebarkan ide-ide Islam yang brand washing, mananya yang brand washing? Kalian dan kami adalah orang Islam. Ngajak ngaji Islam aja udah dicuragai yang nggak-nggak. Pliss deh, kalian Muslim nggak sih. Mengaku Muslim tapi malah menghalangi aturan Allah disebarkan. Ckckck... nggak habis pikir apa yang ada dipikiran mereka. Dosa loh...

Kalau aku sih alhamdulillah aman-aman aja, jauh dari incaran anak BEM. Jelaslah, akukan calon maba. Jadi, aku bisa mendapatkan banyak kenalan meskipun cuma tiga anak dan sekalian diskusi tentang sistem pendidikan sekarang yang berorientasi duit. Tuh kan, nggak aneh-aneh, nggak seperti yang ada di bayangan mereka, anak-anak BEM. Mangkanya jangan su’udzon dulu to mas mbak BEM... mbo’ ya tabayyun.

Hari Kedua Daftar Ulang, 17 Juli 2013

Nah, di hari kedua ini kisahnya baru sesuai dengan judulnya ‘Lucunya’ Dakwah di Kampur UNAIR. Kalau di hari pertama tadi bisa dilucu-lucuinlah...

Hari ini aku ke tahap daftar ulang selanjutnya yaitu pemeriksaan kesehatan di rumah sakit UNAIR jam 8 pagi. Setelah selesai di cek pendengaran dan penglihatan sama dokter-dokter muda aku kembali menuju ke gedung ACC UNAIR karena di sana kegiatanku masih berlanjut. Cari kenalan baru lagi... Sebelum sampai sana aku sms ke teman SMP yang kebetulan juga diterima di UNAIR namanya Saffanah sekaligus teman seperjuanganku.

Zizi: Eh, km  msh d dlm?

Saffanah: Iy, km mau masuk?

Zizi: Iy, ni td hbs pemeriksaan

Saffanah: Oke. Kakak2nya ndak bisa masuk deh kayaknya. Byk anak BEM

Zizi: O gtu. Ak blh msk g yah?

Saffanah: Hoho gatauu, cobaen aja

Kan sebenarnya waktu daftar ulangku sudah selesai kemarin, kira-kira bisa masuk nggak yah sekarang. Ya dah, coba aja, bismillah. Sepertinya penjagaan dari anak-anak BEM lebih ketat daripada kemarin. Sesampainya aku di pintu masuk pendaftaran, tiba-tiba mas BEM menghadangku di tengah pintu. Seperti kriteria yang patut dicurigai, pake kerudung dan jilbab.

Mas BEM: “Ini mau ngapain? Pengantar atau..”

Zizi: “Aku maba mas...”

Mas BEM: “Oo, ya udah silakan masuk”

Dasar anak-anak BEM, mentang-mentang aku pake jilbab langsung aja dicurigai yang nggak-nggak. Saat aku menaiki tangga duduk aku bertemu dengan bu Ami, ibunya Saffanah yang kebetulan juga dosen fisika di UNAIR. Kita bertiga duduk bareng dan berbincang-bincang.

Bu Ami: “Saya tuh heran dengan anak BEM. Mau mereka itu apa? Andai kalau mereka tahu apa yang kita perjuangkan ini untuk Islam dan mereka menghambatnya, dosa besar itu. Sebenernya apa sih yang ada di benak mereka?”

Saffanah: “Iya barusan aku juga ngeliat ada salah satu kakak UNAIR yang juga di deketin ama mbak BEM terus langsung di suruh keluar.”

Setelah itu kami bertiga berpencar mencari kenalan calon maba. Saat aku berbincang-bincang dengan teman baruku lagi-lagi aku melihat mbak BEM sedang mengawasi sekitar. Pandangannya menuju ke atas ke arah bu Ami dan langsung menghampiri. Tapi dia tidak langsung menegur bu Ami. Dia duduk di belakang beliau. Secara gitu, bu Ami kan dosen dan tidak berpenampang seperti mahasiswa. Sepertinya sebelum melakukan aksinya dia berpikir-pikir dulu sambil mengawasi. Takut salah target kali...

Dan alhamdulillah, akhirnya hari ini aku bisa dapat 2 kenalan. Salah satunya juga sama-sama anak farmasi dari Malang.

Sampainya di rumah aku menceritakan semua yang terjadi hari ini kepada ibuku. Ternyata ibuku juga punya cerita yang nggak kalah seru. Kebetulan tadi ada salah satu teman ibu berinisial pak M yang anaknya juga daftar ulang hari ini. Beliau seprofesi dengan ibuku sebagai dosen matematika.

Pak M bercerita kepada ibu dengan kondisi marah, “Tadi saya mengantarkan anak saya daftar ulang karena sempat ada beberapa masalah dengan NIMnya. Lah, waktu saya masuk ke gedung tiba-tiba ada anak BEM hadang saya dan tanya sedang apa bapak kemari, kalo tidak berkepentingan dilarang masuk. Berani-beraninya. Saya ini dosen di sini anak saya sedang ada masalah di dalam. ‘ooh... gitu pak, ya, ya, silakan masuk pak’. Andai dia tahu kalo aku barusan naik tensi bu, dia nggak bakal berani hadang saya kayak gitu. K****G A**R itu...”

Aku langsung tertawa saat ibu menceritakannya. Akhirnya dia bisa merasakan ulahnya sendiri. Salah sendiri siapa suruh berantisipasi tinggi terhadap semua orang yang masuk gedung. Kena makan dosen kau... Lah sekarang pertanyaannya, yang bikin ketidaknyamanan siapa? Yang bikin kegaduhan siapa? Yang jadi ‘badan intelejen’ siapa? Yang jadi mata-mata siapa? Jelas-jelas orang bisa bebas keluar masuk, siapapun berhak masuk. Lah kok aneh-aneh, pake ditanya-tanyain segala. Giliran yang kena dosen, mau apa? Orang berbuat sesuatu karena Allah kok dihambat. Jangan berani-berani dengan Allah.

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (TQS. Ar-Rum [30]:7)

“Dan orang-orang yang mencurahkan kemampuannya semata-mata karena Kami.” (TQS. Al-Ankabut [29]:69)

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian.” (TQS. Muhammad [47]:7)

3 komentar: