Senin, 30 April 2012


MENGUAK DIARY ANAKKU, ZERIA
Oleh: Justice Aidoru

16 Februari 2011,
Di rumah
(Catatan Zeria)
Huhhh... tak pernah sebosan ini di rumah. Apa yang harus kulakukan? Selalu tak punya inisiatif tuk melakukan sesuatu yang amazing. Hanya bisa terdiam di atas kasur, menatap langit-langit kamar berwarna pink soft. Berusaha menahan sakit di sekujur tubuh yang tak kunjung usai. Terukir beberapa rupa miniatur bunga yang bergerombol menjadi bentuk tertentu. Dipadu dengan warna purple dan yellow pada bagian ujung mahkotanya. Beautiful! Tapi tidak untuk aku.

a Wish

                Bosan, sepi, hanya diam yang bisa ia perbuat. Itulah keseharian yang selalu ia lewati bersama suasana yang sebenarnya tak sama sekali ia inginkan. Jarum pendek tepat menunjukkan pukul 12 tengah malam. Menunggu kedua orang tuanya datang, namun belum datang juga. Ia termenung di atas tempat tidur, mata menatap langit atap yang polos dengan ukiran yang menarik menunjukkan arsitektur rumah yang unik, seolah berpikir. Meskipun jika diterjemahkan dengan kata-kata ia tak mungkin bisa mengunggkapkannya karena dia sendiri tak bisa mengambil kesimpulan dari apa yang sedang ia pikirkan. Hanya cahaya rembulan yang bisa menemaninya di kegelapan malam. Terpancar dari kaca cendela yang masih terbuka. Suara hewan malam memecahkan pikirannya. Memindahkan posisi, termenung di bawah padang  rembulan malam yang terpisahkan oleh kaca. Dengan menatap cahaya rembulan “sampai kapan ini akan berakhir?” suaranya penuh dengan rintihan.

Rabu, 11 April 2012


MALAPETAKA APRIL MOP  MENIMPA SEORANG IBU

“Maaf, apa benar Anda adalah ibu dari Zahara anak berusia 7 tahun?” Tanya salah seorang laki-laki tak dikenal yang sedang menemuinya di tengah jalan ketika hendak pulang ke rumah.
          Dengan tampang heran dan penasaran sang ibu langsung menjawab, “iya betul, memang ada apa?”
          “Maaf, ibu mendapatkan kabar buruk.” Kata orang dengan tampang wajah berumur 20-an menjawab keheranan sang ibu.