Kamis, 05 September 2013

Life in The Mission

Wew, sudah 3 minggu vacum. Kalo tiap kali ngucapin kata ‘wew’ selalu inget Njet. Gara-gara dia aku tertular kata-kata itu. Tapi sekarang dia sudah ‘kabur’ dari negara ini karena dia harus belajar jauhhh di sana. Kalo Njet baca tulisanku, salam semangat dan salam perjuangan untuk Njet. Doaku tulus menyertaimu :-) -intermezzo-

Semenjak tanggal 19 Agustus saat pengukuhan (opening ceremony) maba sampai detik ini waktuku full banget. Jadi gelagapan menghadapi waktu yang tak berpeluang ganggur. Maklum, sebelumnya hampir dua bulan setelah kelulusan SMA jobless. Udah gitu, di awal-awal masuk langsung di gembor ama yang namanya ospek. Huh, jadi nggak bergairah menceritakan bagaimana ‘tragedi’ kehidupanku semenjak ospek berlangsung 5 hari. Penuh tipu daya dan muslihat dengan sistem kerja paksa. Memang bukan topik itu yang akan aku ceritakan kali ini.

Tapi semakin hari kemari, aku jadi sudah terbiasa dengan kesibukan yang tiba-tiba datang tak terjadwal. Selain rutinitas di kampus yang ngurusin KRS lah, harus mondar mandir ke kampus untuk melihat pengumuman yang hanya diumumkan di papan pengumuman, dan persiapan-persiapan lain sebelum masuk kuliah tanggal 9 September besok. Aku juga aktif dalam kegiatan dakwah yang sekarang menjadi amanah terbesar bagiku. Karena sejatinya manusia  life in the mission.

Dan kali ini misiku adalah mencari tandatangan sebanyak-banyaknya untuk form petisi  “Seruan Mahasiswa Muslimah Propinsi Jawa Timur, Hentikan Miss World , Ajang Budaya Liberal Perusak Generasi. Wujudkan Generasi Visioner, Mulia, Bermartabat Pemimpin Peradaban.” Judulnya cukup panjang. Tandatangan yang harus ku kumpulkan adalah sebanyak-banyaknya dan disertai dengan dokumentasi pemberi tandatangan.

Awalnya, selintas terbayang misi ini tidak begitu sulit. Hanya  memberikan opini tolak Miss World lalu meminta tandatangan. Memang, mintanya tandatangan tidak sulit. Tapi, meletakkan tangan mereka di atas kertas untuk memberikan tandatangan saja, ckckck tidak jamin. Butuh sekian penolakan untuk mendapatkan sepuluh tandatangan. Belum menawarkan saja sudah kabur duluan orangnya. Ditambah lagi dengan muka-muka yang sensi manis alias sinis saat aku memberikan penjelasan mengenai alasan kenapa harus menolak Miss World. Bahkan wanita yang berhijab pun enggan memberikan suaranya untuk menolak kedatangan Miss World dengan alasan “netral aja deh, nggak ikut-ikutan kayak beginian.” Upsss!

Karena sejatinya ajang ini bukan hanya sekedar brain and behavior. Tapi adanya unsur maksiatullah melalui eksploitasi kecantikan fisik yang hanya dibalut dengan brain dan behavior orang sudah banyak yang tertipu. Apalagi Indonesia sebagai Negara Muslim harus memberikan penyikapan yang tegas dan jelas untuk menolak ajang Miss World. Akan jadi bangsa yang seperti apa jika para Miss Miss dan Puteri Puteri yang seperti itu dijadikan contoh dan icon negara?

Berlomba-lomba untuk menjeniuskan otaknya? I doubt of it. Atau malah berlomba-lomba menampilkan gitar tubuhnya demi memperoleh pujian dari mulut orang? Sepertinya itu kemungkinan besar. Padahal sejatinya itu akan menurunkan harkat dan martabat wanita sesungguhnya. Wanita seperti itu tidak ada mulyanya samasekali. Mereka hanya ‘mulya’ di mata orang yang berduit alias penikmat kepuasan atas aurat mereka. Saat itulah sejatinya terjadi kerendahan taraf berfikir manusia. Wuusshh, ckckck... naudzubillah.

Jadi ceramah panjang lebar tentang Miss World. Tapi memang harus ditolak dan itulah alasan dan penyikapan yang tepat kenapa harus menolak kedatangan Miss World. Semoga sedikitnya bisa memberikan maklumat sekaligus kesadaran bagi yang belum sadar.

Itulah sekilas cerita tentang kesibukanku setelah memasuki dunia kampus. Kita lihat, kejutan apa yang bakal kudapat selanjutnya. Ini masih belum mulai kuliah lhoo... Nantikan tulisanku selanjutnya
:-)