Rabu, 17 Juli 2013

Hampir Menuju 100% Jadi Mahasiswa

Inilah jawabannya...

Alhamdulillah, setelah sekian lama impian ini terpendam selama 3 tahun. Akhirnya berbuah juga. Insya Allah aku hampir dinyatakan 100% menjadi mahasiswa S1-Farmasi UNAIR karena hari ini aku sudah melewati daftar ulang, yeeee...  meskipun sebenernya lamanya daftar ulang nggak keitung karena aku harus antri di 5 loket A-E. Untuk melengkapinya menjadi 100% aku harus melewati ospek dulu baru bisa dibilang mahasiswa farmasi UNAIR. Tapi gitu-gitu aku udah kepedean ganti profil studi di fb focus on Faculty of Pharmacy at Airlangga University. Heheh, but no prob. Lagian sebenarnya aku sudah dinyatakan sebagai mahasiswa di UNAIR, kan aku uda punya NIM. :-) Judulnya juga nggak gitu-gitu amat sih sebenernya.

Mungkin temen-temen yang udah diterima di PTN pasti ngerasain gimana proses pengumpulan data saat daftar ulang yang ribetnya minta ampun. Sampai segala macam kertas yang mencantumkan kekayaan kita harus di upload, kayak rekening tagihan air, rekening tagihan listrik, rekening pajak, luas tanah, daftar gaji orang tua perbulan, dan yang sejenis itu. Setelah 2 hari lamanya baru bisa selesai semua, mana saat proses pengiriman data koneksinya lola banget pula. Jadi merasa terganggu dan kurang khusu’ melaksanakan ibadah puasanya. Tapi alhamdulillah bisa selesai juga dan jadwal untuk daftar ulang akhirnya muncul, tanggal 16 Juli 2013, jam 08:30.

Pagi ini aku sudah menyiapkan diri tepat waktu dan datang tepat pukul 08:30 sesuai jadwal. Kupikir aku bakal dapat no urut depan, ternyata jauh dari dugaan aku dapat no urut 248. Dan saat itu yang baru dipanggil baru no 1-25. Wew… bakal ngapain nih sambiil nunggu dipanggil petugas. Aku manfatin aja buat kenalan ama maba yang lain sekalian ngajak mereka diskusi tentang sistem pendidikan sekarang, pasti bakal nyambung. Dia sendiri juga ngerasa kalo sistem pendidikan sekarang berlandaskan materialistik. Buat dapetin satu kursi di PTN yang diinginkan aja bisa ngeluarin ratusan juta kalo ternyata dari sisi akademiknya jelek dan susah cari PTNnya. Sistem pendidikan dijual dengan uang? Macam apa itu? Tapi aku sih belum sampai menjelaskan sampai ke solusi Islam soalnya setelah diskusi aku baru tahu kalo dia Kristen. But it’s ok, bertahap. Kan Islam juga agama yang menaungi seluruh umat manusia.

Kembali lagi… Dan akhirnya sekitar pukul 12an no urut 226-250 dipanggil untuk menuju ke… (kita liat, hampir ada masalah di tiap loket)

Loket A. Di loket A ada sekitar 6 petugas kalo nggak salah yang mengecek kelengkapan data calon maba. Dan asemnya, kebetulan aku kedapetan antrian barisan yang petugasnya lama banget ngecek data calon maba dibanding petugas lain. Temen-temen di barisan sebelah kanan kiriku sudah maju lima kursi sedangkan aku masih stagnan di tempat dudukku. Akhirnya, it’s my time. Sebelumnya aku sudah mengecek kelengkapan data-dataku dan aku percaya tidak ada yang kurang karena sudah sesuai dengan persyaratan. Tapi eh tapi, tanpa pemberitahuan sebelumnya tiba-tiba petugas meminta fotokopi KK. Padahal jelas-jelas tertera dipersyaratan nggak disuruh fotokopi KK. Dan akhirnya orang tuaku bela-belain pulang ke rumah lagi buat ambil KK. Ckckck…

Loket B. Loket tempat verifikasi sidik jempol. Lagi-lagi masalah datang lagi. Secara gitu, yang namanya auditorium UNAIR itu gede, luas, dan pasti ber-AC. Itu yang membuat masalah karena telapak tanganku jadi kering kerontang sampai kayak kulit nenek-nenek ditambah tubuh dalam kondisi kekeringan karena puasa. Jadinya sidik jempolku tidak terdeteksi dan solusinya harus dibasahi. Namanya juga bulan puasa pasti nggak ada air minum dong. Satu-satunya solusi aku harus ke kamar mandi dan lokasinya lumayan jauh dari loket B. Tadinya sih aku berencana melakukan hal jorok, heheh. Coba tebak apa… iya, dikasih air ludah. Tapi itu nggak bakal aku lakuinlah #gilani. Saat kembali dari kamar mandi aku harus antri lagi untuk mendapatkan giliran.

Loket C. Ini loket yang aku tunggu-tunggu. Sebenernya semua loket juga butuh penungguan. Tapi yang ini beda soalnya di loket ini aku akan memilih ukuran jas almamater yang akan aku pakai saat kuliah nanti. Jadi merasa berbangga diri akan menjadi mahasiswa, eh mahasiswi sungguhan. Aku dapat ukuran M. Dan aku juga mengukur topi, entah topi apa itu namanya, agak aneh bentuknya.

Loket D. Kalo di loket C sih memang nggak ada masalah. Di loket ini pengambilan foto calon maba buat kartu mahasiwa. Kerudungku kontrol nggak yah? Wih.. pake jas almamater juga fotonya! Cekrik… dan saat aku lihat hasilnya mataku mengkerut. Hah… jelek banget hasilnya. Ini fotokan buat seumur hidup jadi mahasiswi. Perasaan dari dulu tiap kali foto buat jangka panjang entah KTP, paspor selalu un control. Ya sudahlah…

Loket terakhir… Loket E. Di sini calon maba akan diberikan jadwal untuk tes kemampuan dan tes B.Inggris (TOFEL).  

Setelah itu, it’s time to open rekening. Ini juga waktu yang aku tunggu karena aku akan mendapatkan rekening tabungan baru dan pertamakali dan ATM privacy. Selama ini sih kalo transfer uang masih atas nama abahku. Dan sekarang aku akan mendapatkan ATM atas my own name.


Dan akhirnya sekitar pukul 1 siang aku bisa meninggalkan auditorium dan pulang. Tapi sebelumnya aku sempet mampir dulu ke stand anak farmasi buat tanya-tanya tentang ospek dan mengisi form sekalian kenalan ama kakak-kakak angkatan, meskipun sebenernya aku ama mereka seumuran sama-sama lahiran 94. Sebenernya ada keanehen yang terjadi. Kebetulan saat aku ke stand tersebut aku membawa adikku berumur 5 tahun karena ibu menitipkannya padaku sebentar. Masak waktu aku ngajak adikku aku dibilang ibunya. Wew yang bener aja, gua kakaknya. Nggak keliatan muka semuda ini ala mahasiswa. Waktu aku cerikan hal itu  kepada ibuku, ibuku ngakak abis. Dan parahnya lagi ibuku juga pernah dibilang orang nenek-nenek soalnya bawa anak kecil umur 5 tahun. Ckckc... Dunia sekarang memang aneh.






21:30/16-07-13/Selasa/Daftar Ulang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar