Inilah jawabannya...
Alhamdulillah, setelah sekian lama
impian ini terpendam selama 3 tahun. Akhirnya berbuah juga. Insya Allah aku
hampir dinyatakan 100% menjadi mahasiswa S1-Farmasi UNAIR karena hari ini aku
sudah melewati daftar ulang, yeeee... meskipun sebenernya lamanya
daftar ulang nggak keitung karena aku harus antri di 5 loket A-E. Untuk
melengkapinya menjadi 100% aku harus melewati ospek dulu baru bisa dibilang
mahasiswa farmasi UNAIR. Tapi gitu-gitu aku udah kepedean ganti profil studi di
fb focus on Faculty of Pharmacy at Airlangga
University. Heheh,
but no prob. Lagian sebenarnya aku sudah dinyatakan
sebagai mahasiswa di UNAIR, kan aku uda punya NIM. :-) Judulnya juga nggak gitu-gitu amat sih sebenernya.
Mungkin temen-temen yang udah diterima di PTN pasti ngerasain gimana
proses pengumpulan data saat daftar ulang yang ribetnya minta ampun. Sampai segala macam kertas yang
mencantumkan kekayaan kita harus di upload, kayak rekening tagihan air,
rekening tagihan listrik, rekening pajak, luas tanah, daftar gaji orang tua
perbulan, dan yang sejenis itu.
Setelah 2 hari lamanya baru bisa selesai semua, mana saat proses pengiriman
data koneksinya lola banget pula. Jadi merasa terganggu dan kurang khusu’ melaksanakan ibadah puasanya. Tapi alhamdulillah bisa
selesai juga dan jadwal untuk daftar ulang akhirnya muncul, tanggal 16 Juli
2013, jam 08:30.
Pagi ini aku sudah menyiapkan diri tepat waktu dan datang tepat pukul
08:30 sesuai jadwal. Kupikir aku bakal dapat no urut depan, ternyata jauh dari
dugaan aku dapat no urut 248. Dan saat itu yang baru dipanggil baru no 1-25.
Wew… bakal ngapain nih sambiil nunggu dipanggil petugas. Aku manfatin aja buat
kenalan ama maba yang lain sekalian ngajak mereka diskusi tentang sistem
pendidikan sekarang, pasti bakal nyambung. Dia sendiri juga ngerasa kalo sistem
pendidikan sekarang berlandaskan materialistik. Buat dapetin satu kursi di PTN
yang diinginkan aja bisa ngeluarin ratusan juta kalo ternyata dari sisi
akademiknya jelek dan susah cari PTNnya. Sistem pendidikan dijual dengan uang?
Macam apa itu? Tapi aku sih belum sampai menjelaskan sampai ke solusi Islam
soalnya setelah diskusi aku baru tahu kalo dia Kristen. But it’s ok, bertahap.
Kan Islam juga agama yang menaungi seluruh umat manusia.
Kembali lagi… Dan akhirnya sekitar pukul 12an no urut 226-250 dipanggil untuk menuju ke…
(kita liat, hampir ada masalah di tiap loket)
Loket A. Di loket A ada sekitar 6 petugas
kalo nggak salah yang mengecek kelengkapan data calon maba. Dan asemnya,
kebetulan aku kedapetan antrian barisan yang petugasnya lama banget ngecek data
calon maba dibanding petugas lain. Temen-temen di barisan sebelah kanan kiriku
sudah maju lima kursi sedangkan aku masih stagnan di tempat dudukku. Akhirnya,
it’s my time. Sebelumnya aku sudah mengecek kelengkapan data-dataku dan aku
percaya tidak ada yang kurang karena sudah sesuai dengan persyaratan. Tapi eh
tapi, tanpa pemberitahuan sebelumnya tiba-tiba petugas meminta fotokopi KK.
Padahal jelas-jelas tertera dipersyaratan nggak disuruh fotokopi KK. Dan
akhirnya orang tuaku bela-belain pulang ke rumah lagi buat ambil KK. Ckckck…
Loket B. Loket tempat verifikasi sidik
jempol. Lagi-lagi masalah datang lagi. Secara gitu, yang namanya auditorium
UNAIR itu gede, luas, dan pasti ber-AC. Itu yang membuat masalah karena telapak
tanganku jadi kering kerontang sampai kayak kulit nenek-nenek ditambah tubuh
dalam kondisi kekeringan karena puasa. Jadinya sidik jempolku tidak terdeteksi
dan solusinya harus dibasahi. Namanya juga bulan puasa pasti nggak ada air
minum dong. Satu-satunya solusi aku harus ke kamar mandi dan lokasinya lumayan
jauh dari loket B. Tadinya sih aku berencana melakukan hal jorok, heheh. Coba
tebak apa… iya, dikasih air ludah. Tapi itu nggak bakal aku lakuinlah #gilani. Saat kembali dari kamar mandi
aku harus antri lagi untuk mendapatkan giliran.
Loket C. Ini loket yang aku tunggu-tunggu.
Sebenernya semua loket juga butuh penungguan. Tapi yang ini beda soalnya di
loket ini aku akan memilih ukuran jas almamater yang akan aku pakai saat kuliah
nanti. Jadi merasa berbangga
diri akan menjadi mahasiswa, eh mahasiswi sungguhan. Aku dapat ukuran M. Dan
aku juga mengukur topi, entah topi apa itu namanya, agak aneh bentuknya.
Loket D. Kalo di loket C sih memang nggak ada
masalah. Di loket ini pengambilan foto calon maba buat kartu mahasiwa.
Kerudungku kontrol nggak yah? Wih.. pake jas almamater juga fotonya! Cekrik…
dan saat aku lihat hasilnya mataku mengkerut. Hah… jelek banget hasilnya. Ini
fotokan buat seumur hidup jadi mahasiswi. Perasaan dari dulu tiap kali foto
buat jangka panjang entah KTP, paspor selalu un control. Ya sudahlah…
Loket terakhir… Loket E. Di
sini calon maba akan diberikan jadwal untuk tes kemampuan dan tes B.Inggris
(TOFEL).
Setelah itu, it’s time to open
rekening. Ini juga waktu yang aku tunggu karena aku akan mendapatkan
rekening tabungan baru dan pertamakali dan ATM privacy. Selama ini sih kalo transfer uang masih atas nama abahku.
Dan sekarang aku akan mendapatkan ATM atas my
own name.
Dan akhirnya sekitar pukul 1 siang aku bisa meninggalkan auditorium dan
pulang. Tapi sebelumnya aku sempet mampir dulu ke stand anak farmasi buat
tanya-tanya tentang ospek dan mengisi form sekalian kenalan ama kakak-kakak
angkatan, meskipun
sebenernya aku ama mereka seumuran sama-sama lahiran 94. Sebenernya ada keanehen yang terjadi. Kebetulan
saat aku ke stand tersebut aku membawa adikku berumur 5 tahun karena ibu
menitipkannya padaku sebentar. Masak waktu aku ngajak adikku aku dibilang
ibunya. Wew yang bener aja, gua kakaknya. Nggak keliatan muka semuda ini ala
mahasiswa. Waktu aku cerikan hal itu kepada
ibuku, ibuku ngakak abis. Dan parahnya lagi ibuku juga pernah dibilang orang
nenek-nenek soalnya bawa anak kecil umur 5 tahun. Ckckc... Dunia sekarang
memang aneh.
21:30/16-07-13/Selasa/Daftar Ulang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar