Dag dig dug... tinggal 19 jam 14 menit lagi batas penantian akan berakhir. Semoga
sesuai dengan harapanku.
Tadi pagi aku mengikuti tes ujian
mandiri di UNAIR kampus B. Jujur, aku samasekali tidak tegang menghadapinya. Bahkan
aku menganggapnya hanya ‘main-main’. Kalau dibanding dengan perasaanku saat
mengikuti tes SBMPTN jauh lebih wow dag dig dugnya dan lebih tegang. Gimana tidak. Jelas-jelas
biaya pendidikan kuliah melalui jalur SBMPTN lebih murah dibanding jalur
mandiri. Mana tes mandiri yang aku pilih UNAIR pula, yang katanya hanya
satu-satunya PTN yang mengenakan UP mahal. Jelas aku tidak berharap bisa masuk
melalui jalur ini. Buat jaga-jaga aja sih, barang kali ada something unpredictable
yang tiba-tiba
terjadi. Dan mungkin dengan aku mengikuti jalur mandiri ternyata itu jalur yang
terbaik buatku. But, I don’t know,
actually it’s not my wish. I just try and take a chance.
Sebenernya tadi pagi yang membuatku bête. Jelas-jelas di kartu
identitasku ujian mandiri akan dimulai pukul 08.00 dan peserta dihimbau untuk
hadir 30 menit sebelum ujian dimulai untuk pengecekan ruangan. Aku sudah
mempersiapkan diriku lebih awal, bahkan sekitar 45 menit aku sudah tiba di
tempat. Eehh, ternyata saat aku menaiki tangga menuju lantai tiga di gedung FISIP,
suasana sudah sangat sepi. Gimana nggak shock… Saat aku menemukan ruanganku 308
dan aku membuka pintu, semua peserta sudah duduk rapi dan sudah melingkari
bulatan-bulatan di lembar jawaban. Jadi heran ama sistem waktu orang Indonesia,
unpredictable… kadang suka telat. Tapi
giliran in time, kebablasan
sampai-sampai sudah mulai duluan sebelum jadwal yang ditetapkan. Jadi bikin
pikiran kacau. Tapi secepat mungkin aku bisa menangkalnya.
Dan kali ini aku bisa bangga pada diriku sendiri karena manajemen waktuku bagus dalam mengerjakan
soal. Aku berhasil mengerjakan soal yang aku bisa sampai waktu habis. Yah,
meskipun sempet kelewatan 2 soal yang belum aku baca sih. But over all, it’s ok. Ketimbang saat aku mengikuti SBMPTN. Bahkan menit-menit
sebelum bel, aku belum memulai mengisi lingkaran. Parah… tapi, itu sudah
berhasil aku atasi dan jadinya pasti ngos-ngosoan.
Aku benar-benar enjoy mengikuti ujian mandiri ini. Saat ujian mandiri
berlangsung otakku tidak sepenat dan sekaku saat mengikuti SBMPTN. Karena aku
menganggap aku tidak harus memenuhi tuntutan untuk masuk melalui jalur mandiri.
Jadi benar-benar bisa merasakan bedanya saat otak dipaksa untuk
tidak tegang dengan otak yang dengan sendirinya merilekskan diri. Kata ibuku,
jangan tegang anggap aja main-main. Lagian kamu juga udah keterima di SBMPTN. Amin…
Kata-kata itu lumayan manjur juga untuk melunakkan otakku.
Ah, insyaAllah dah. Don’t talk
about ujian mandiri. Aku yakin aku bisa diterima di SBMPTN. Kita lihat saja
apa yang terjadi 19 jam ke depan. InsyaAllah, aku sudah berusaha memaksimalkan
usahaku untuk memperoleh apa yang aku impikan. Aku yakin Allah sudah
mempersiapkan yang terbaik buatku dan pastinya untuk jalan dakwah ini. –,<
Oh y, tadi juga ada kejadian yang hampir membuatku menangis, lebih ke
mewek sih sebenernya, nggak sampek mengeluarkan air mata kok. Saat keluar dari
ruangan 308, aku menyengajakan diri untuk tidak langsung pulang. Duduk di
koridor bentar sambil baca koran dan nungguin parkiran yang ramai motor keluar.
Udah sepi, aku langsung beranjak ke parkiran. Pake slayer, kaos tangan, helm,
dan… OH GOD… TIDAK… DI MANA KUNCI MOTORKU??? Aku obrak-abrik tasku barang kali
terselip. Padahal tasku kecil dan hanya ada 1 kantong besar dan 1 kantong
kecil. Sebenernya cuma dilihat aja tanpa diobrak-abrik bisa keliatan di situ
ada kunci atau tidak. Gantungan kuncinya besar bertali. Masalahnya, itu motor
yang kupakai bukan motorku. Itu motor pinjaman. Kalau motorku juga bakal
masalah sih. Oh tidak, what should I do. Aku berpura-pura menampakan wajah
setenang mungkin karena aku tidak ingin orang bisa membaca wajahku yang lagi
kehilangan barang lalu mereka juga akan meributkan kunciku yang hilang.
Aku kembali menelusuri jalan yang aku lewati. Tapi tidak ketemu. Ya Allah
gimana nih. Nggak mungkin aku menghilangkan kunci yang bukan punyaku. Kalangkabut…
Tapi aku yakin pasti ada jalan, pasti. Tiba-tiba terlintas ingatan. Perasaan aku
tadi samasekali tidak memasukkan barang kecuali slayer dan kaos tanganku ke
dalam tas. Apa jangan-jangan… akhirnya aku langsung menghampiri petugas parkir
dan menanyakan kunciku. Perasaanku lega ketika mendengar petugas menjawab, “ooo,
yang ada talinya panjang itu yah?”
Alhamdulillah, meskipun belum pasti itu punyaku atau bukan setidaknya
berpeluang besar kalau kunci itu pasti punyaku. Dan ternyata betul. Huh… bisa
pulang deh tanpa membawa masalah. So, NOTE: Jangan bertindak ceroboh dalam
kondisi apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar