Minggu, 07 Juli 2013

PLAN B TERLAMPAUI, AKHIRNYA...

Dag dig dug... tinggal 19  jam 14 menit lagi batas penantian akan berakhir. Semoga sesuai dengan harapanku.

Tadi pagi aku mengikuti tes ujian mandiri di UNAIR kampus B. Jujur, aku samasekali tidak tegang menghadapinya. Bahkan aku menganggapnya hanya ‘main-main’. Kalau dibanding dengan perasaanku saat mengikuti tes SBMPTN jauh lebih wow dag dig dugnya dan lebih tegang. Gimana tidak. Jelas-jelas biaya pendidikan kuliah melalui jalur SBMPTN lebih murah dibanding jalur mandiri. Mana tes mandiri yang aku pilih UNAIR pula, yang katanya hanya satu-satunya PTN yang mengenakan UP mahal. Jelas aku tidak berharap bisa masuk melalui jalur ini. Buat jaga-jaga aja sih, barang kali ada something unpredictable yang tiba-tiba terjadi. Dan mungkin dengan aku mengikuti jalur mandiri ternyata itu jalur yang terbaik buatku. But, I don’t know, actually it’s not my wish. I just try and take a chance.

Sebenernya tadi pagi yang membuatku bête. Jelas-jelas di kartu identitasku ujian mandiri akan dimulai pukul 08.00 dan peserta dihimbau untuk hadir 30 menit sebelum ujian dimulai untuk pengecekan ruangan. Aku sudah mempersiapkan diriku lebih awal, bahkan sekitar 45 menit aku sudah tiba di tempat. Eehh, ternyata saat aku menaiki tangga menuju lantai tiga di gedung FISIP, suasana sudah sangat sepi. Gimana nggak shock… Saat aku menemukan ruanganku 308 dan aku membuka pintu, semua peserta sudah duduk rapi dan sudah melingkari bulatan-bulatan di lembar jawaban. Jadi heran ama sistem waktu orang Indonesia, unpredictable… kadang suka telat. Tapi giliran in time, kebablasan sampai-sampai sudah mulai duluan sebelum jadwal yang ditetapkan. Jadi bikin pikiran kacau. Tapi secepat mungkin aku bisa menangkalnya.

Dan kali ini aku bisa bangga pada diriku sendiri karena manajemen waktuku bagus dalam mengerjakan soal. Aku berhasil mengerjakan soal yang aku bisa sampai waktu habis. Yah, meskipun sempet kelewatan 2 soal yang belum aku baca sih. But over all, it’s ok. Ketimbang saat aku mengikuti SBMPTN. Bahkan menit-menit sebelum bel, aku belum memulai mengisi lingkaran. Parah… tapi, itu sudah berhasil aku atasi dan jadinya pasti ngos-ngosoan.

Aku benar-benar enjoy mengikuti ujian mandiri ini. Saat ujian mandiri berlangsung otakku tidak sepenat dan sekaku saat mengikuti SBMPTN. Karena aku menganggap aku tidak harus memenuhi tuntutan untuk masuk melalui jalur mandiri. Jadi benar-benar bisa merasakan bedanya saat otak dipaksa untuk tidak tegang dengan otak yang dengan sendirinya merilekskan diri. Kata ibuku, jangan tegang anggap aja main-main. Lagian kamu juga udah keterima di SBMPTN. Amin… Kata-kata itu lumayan manjur juga untuk melunakkan otakku.

Ah, insyaAllah dah. Don’t talk about ujian mandiri. Aku yakin aku bisa diterima di SBMPTN. Kita lihat saja apa yang terjadi 19 jam ke depan. InsyaAllah, aku sudah berusaha memaksimalkan usahaku untuk memperoleh apa yang aku impikan. Aku yakin Allah sudah mempersiapkan yang terbaik buatku dan pastinya untuk jalan dakwah ini. –,<

Oh y, tadi juga ada kejadian yang hampir membuatku menangis, lebih ke mewek sih sebenernya, nggak sampek mengeluarkan air mata kok. Saat keluar dari ruangan 308, aku menyengajakan diri untuk tidak langsung pulang. Duduk di koridor bentar sambil baca koran dan nungguin parkiran yang ramai motor keluar. Udah sepi, aku langsung beranjak ke parkiran. Pake slayer, kaos tangan, helm, dan… OH GOD… TIDAK… DI MANA KUNCI MOTORKU??? Aku obrak-abrik tasku barang kali terselip. Padahal tasku kecil dan hanya ada 1 kantong besar dan 1 kantong kecil. Sebenernya cuma dilihat aja tanpa diobrak-abrik bisa keliatan di situ ada kunci atau tidak. Gantungan kuncinya besar bertali. Masalahnya, itu motor yang kupakai bukan motorku. Itu motor pinjaman. Kalau motorku juga bakal masalah sih. Oh tidak, what should I do. Aku berpura-pura menampakan wajah setenang mungkin karena aku tidak ingin orang bisa membaca wajahku yang lagi kehilangan barang lalu mereka juga akan meributkan kunciku yang hilang.

Aku kembali menelusuri jalan yang aku lewati. Tapi tidak ketemu. Ya Allah gimana nih. Nggak mungkin aku menghilangkan kunci yang bukan punyaku. Kalangkabut… Tapi aku yakin pasti ada jalan, pasti. Tiba-tiba terlintas ingatan. Perasaan aku tadi samasekali tidak memasukkan barang kecuali slayer dan kaos tanganku ke dalam tas. Apa jangan-jangan… akhirnya aku langsung menghampiri petugas parkir dan menanyakan kunciku. Perasaanku lega ketika mendengar petugas menjawab, “ooo, yang ada talinya panjang itu yah?”

Alhamdulillah, meskipun belum pasti itu punyaku atau bukan setidaknya berpeluang besar kalau kunci itu pasti punyaku. Dan ternyata betul. Huh… bisa pulang deh tanpa membawa masalah. So, NOTE: Jangan bertindak ceroboh dalam kondisi apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar