Kamis, 02 Mei 2013

SIAPA BILANG GENERASI PERTAMA KORBAN PERCOBAAN? Jangan Takut Menjadi Pendobrak, Karena Pendobrak bukan Pemberontak!



Let’s check it out...

Siapakah manusia yang terhebat yang pertamakali mendarat di bulan?
Niel Amstrong...

Siapakah ilmuwan sesungguhnya yang pertama di dunia sehingga mendapat julukan bapak ilmiah modern, sang fisikawan teori pertama, dan penemu hukum refraksi?
Al Hassan Ibnu al-Haitsam...

Siapakah orang yang berani mengambil resiko kematian dengan melakukan operasi caesar pertamakali di dunia kalau bukan sang ahli yang telah menghabiskan hidupnya untuk belajar?
Al Zahrawi...

Penemu kopi pertama? Tanpanya manusia tidak akan pernah mengenal dan merasakan kenikmatan kopi.
Khalid...

Siapa orang pertama yang mencoba membuat konsruksi sebuah pesawat terbang dan berhasil menerbangkannya bahkan ribuan tahun sebelum Wright bersaudara?
Abbas ibn Firnas...

Siapakah penemu angka nol pertamakali dan seorang ahli aljabar pertamakali di dunia?
Al Khawarizmi...

Siapakah penemu pertama teori relativitas di dunia?
Abu Yusuf bin Ashaq al-Kindi...

And many more... Semuanya telah diabadikan dalam tinta sejarah peradaban emas dunia.

Pertanyaan hanya cukup sebatas siapakah yang pertama, tapi apakah orang lain pernah terfikirkan siapakah yang menjadi kedua...? Karena sejatinya menjadi yang kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh, dan kekeke...takkan pernah berlanjut tanpa ada yang pertama.

Sebenernya tulisan ini terinspirasi dari salah satu pembimbingku di sekolah. Kebetulan angkatanku termasuk angkatan pertama. Jadi, segala macam program baru sekolah ‘dicobakan’ kepada kita. Mulai dari Latihan Kepemimpinan Dasar (LDK), Latihan Kepemimpinan Menengah dan Manajemen (LKMM), dan sampailah ke program terakhir yang lebih besar yaitu Latihan Kepemimpinan Manajemen tingkat Atas (LKMA) goes to Malaysia yang sebelumnya menurut kita program ini nggak bakal terwujud, justru terlampaui dengan sangat sukses. Saat itulah kita merasakan titik puncak keberhasilan akan sebuah impian dan perjuangan yang teraih. Dan pastinya semua pengalaman yang dilakukan angkatan pertama akan selalu menjadi kesan tersendiri dan contoh buat generasi berikutnya untuk menjadi lebih baik. Apalagi kita sebagai seorang muslim yang senantiasa memberikan teladan yang baik kepada adik-adik kelas, dan jika itu terus menginspirasi angkatan-angkatan berikutnya maka pahala juga tidak akan berhenti kepada angkatan pertama sampai kebaikan itu berhenti.

Yang pertama akan selalu menjadi yang pertama. Itulah yang menjadi pembeda yang pertama dan yang kedua. Yang ketiga juga tidak akan pernah menyamai yang kedua, tapi asal tahu bahwa kesamaan yang kedua, ketiga, keempat, dan kekeke...adalah muncul setelah mendapat inspirasi dari sang pertama.

Siapa bilang menjadi yang pertama itu praktis, mudah, simple?

Sulit? Butuh kerja keras? Butuh komitmen tinggi? Disiplin waktu? Dituntut untuk peka? MEMANG HARUS...

Tidak ada sesuatu sekecil apapun yang didapat dengan praktis. Kerikil saja yang sering ditemui di pinggir jalan, mungkin sekilas orang akan menganggap kerikil itu sudahlah kecil sering pula terlempar kesana kemari oleh setiap kaki-kaki atau benda silinder (baca: ban)  yang bertemu dengannya, nggak penting. Tapi  apakah orang pernah terlintas berfikir bahwa ada sebuah pengorbanan dibalik kerikil yang berasal batu yang sangat besar dan berat itu. Bagaimana bisa menjadi batu sekecil itu? Butuh upaya seorang buruh yang rata-rarta berusia senja dengan gaji hanya mencapai se-ribuan dalam seminggu untuk memecahkan batu menjadi kerikil.

Butuh pengorbanan disetiap tekad dalam benak.

Alkisah di sebuah negara kerajaan yang rajanya diktator terus menerus memeras uang rakyat. Beberapa diantara mereka yang membangkang kehendak raja demi memperolah penghidupan yang layak dari sang raja, atau mereka yang mengetahui kebusukannya, ketika esok tiba, tiada yang menahu tiba-tiba menghilang dari keluarganya, ia sudah dicebloskan ke dalam penjara kerajaan. Sudah banyak manusia yang menjadi tawanan, dikurung di sebuah jeruji besi karena dianggap bisa membahayakan kerajaan. Kondisi itu pasti takkan sanggup membuat mereka hidup tahan lama. Atau ketika mereka bisa bertahan lama pun mereka akan selalu sengsara. Namun, kejadian itu tak sampai terjadi ketika ada salah seorang diantara mereka yang menyadari bahwa permukaan bawah yang mereka injak adalah tanah. Jauh dari alat-alat canggih, hanya bersisa satu sumpit yang sudah patah. Itupun bekas alat makan yang sudah diberikan dua hari yang lalu. Ia berusaha mengajak teman-teman seselnya untuk bersama-sama menggali tanah ini hingga menembus pangkal jeruji sel. Tapi semua menolak. Tidak mungkin berhasil. Bahkan beberapa diantara mereka sudah pasrah dengan keadaan sengsara karena mereka yakin berbagai upaya yang dilakukan untuk kabur pasti akan ketahuan.

Saking kuatnya tekad untuk kabur karena tidak ada alasan benar dari sang raja untuk menghukum mereka, ia tetap konsisten dengan tekad dan kebenarannya. Berhari-berhari ia terus menggali tanah dengan sumpit. Bahkan ia sering menggunakan tangannya agar jangkauan tanah yang diambiil lebih lebar dan banyak. Sesekali penjaga datang pada jam-jam tertentu untuk mengecek kondisi para tawanan, sesegera mungkin ia memasukkan kembali beberapa tanah yang sudah digali lalu ia mendudukinya agar tak terlihat oleh penjaga bahwa tanah itu berlubang. Berulang-ulang ia melakukan hal itu. Hanya dengan tekad bahwa selama ini yang ia lakukan benar, justru rajalah yang seharusnya dihukum karena telah menelantarkan dan memeras uang rakyat, ia yakin bahwa yang tidak bersalah pasti akan bebas.

Hari demi hari sampai tiba hari ke-15 ternyata lubang yang digalinya sudah cukup untuk dimasuki satu orang untuk melewati jeruji. Tidak mudah untuk menggali lubah sebesar itu tanpa alat bantu dengan penjagaan yang sangat ketat.

Ia tahu beberapa menit lagi penjaga akan datang, ia pun bersegera menutupi lubang tersebut dan mendudukinya. Segera mungkin ia membongkar tanah-tanah itu lalu mengajak semua penghuni sel untuk keluar satu per satu. Akhirnya mereka berhasil lolos.

So, pesanku to anyone who read this...

Jangan takut untuk menjadi yang pertama, berusahalah untuk menjadi yang pertama, karena yang pertama akan selalu menjadi yang pertama dan akan dikenang selama-selamanya. Berbanggalah. Karena jiwa pertama adalah jiwa PEMIMPIN.

02-03-13/Sabtu/17:26


Tidak ada komentar:

Posting Komentar