Aku mendapatkan buku ini tanggal
26 April 2013 waktu aku pulang kampung ke Surabaya. Awalnya aku berniat membeli
buku ini karena buku ini memang dijual. Tapi ternyata, buku ini secara cuma-cuma
langsung diberikan kepadaku. Alhamdulillah, yang namanya rizki nggak bakal ke
mana. Sampai-sampai aku menandai buku ini from precious someone, karena
yang memberikan buku ini adalah salah satu teman ibuku.
Ketertarikanku dengan buku ini
berawal dari buku yang sebelumnya pernah aku baca berjudul
IDEAL.IS.ME yang
menceritakan tentang aktivitas pengemban dakwah di kampus. Nah, kebetulan waktu
aku mengunjungi toko buku itu aku melihat buku berjudul Nyala-Nyali Dakwah Di
penjuru Negeri karangan Nur Maulidiyah, dkk. Diterbitkan bulan Februari 2013, cetakan perdana. Dan setelah aku baca sinopsisnya, ternyata kedua buku ini
mengisahkan hal yang sama, cuma latar tempatnya aja yang berbeda. Kalau buku
Idealisme menceritakan tentang dakwah kampus. Sedangkan buku Nyala-Nyali
Pengemban Dakwah di Penjuru Negeri menceritakan tentang pengalaman dakwah di
luar negeri. Dan beberapa penulisnya juga sama.
Alhamdulillah, setelah membaca
buku ini seakan aku benar-benar melihat fakta sesungguhnya mengenai dakwah mereka
di luar meskipun aku hanya melihatnya dari tulisan. Tapi geliat dakwah di luar
seakan mengajak pembaca untuk merasakan hal yang sama. Kebanyakan ujian dakwah
yang mereka hadapi adalah para misionaris. Ternyata misionaris di sana semangatnya
juga tinggi dalam menyebarkan agama mereka. Satu per satu pintu diketuk agar
masyarakat termasuk muslim pun mau diajak ke dalam ajaran mereka. Inilah yang
menjadi titik tolak para pengemban dakwah di sana dalam menyusun strategi
dakwah untuk melawan ide mereka dan berlomba-lomba menyadarkan umat serta lebih
meningkatkan semangat dalam militansi dakwah.
Secara garis besar yang bisa aku
simpulkan setelah membaca buku ini, di manapun, apapun, dan kapapun, pengemban
dakwah akan selalu istiqomah dalam visi dan misinya untuk menyuarakan
kalimatullah agar Islam kembali menjadi pola hidup. Meskipun negeri yang
ditempati sebenarnya bukan negeri asal mereka hidup, tapi dengan keistiqomahan
dalam menjalankan amanah dakwah akan senantiasa berlanjut sampai akhir nafas
yang akan memberhentikannya.
Ada beberapa kutipan dalam buku ini
yang menjadi catatan dan pengingat buatku,
Allah itu
menguji hambanya TEPAT di titik kelemahan hambanya dan tentunya tidak akan
memberikan suatu ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Hal itu semata-mata
Allah menguji kesetiaan cinta kita pada-Nya.
Sometimes not
to end our pray in the end of our hope.. will lead to great achievement that we
will never know about. (Terkadang, jika kita tetap berdo’a meski harapan itu
telah berakhir, maka akan membawa kita kepada pencapaian luar biasa yang tak
akan pernah kita pikirkan)
Terutama catatan yang kedua ini
benar-benar memberikan peringatan kepadaku karena beberapa hari sebelum aku
membaca buku ini, aku sempat berfikir jika harapan yang kuinginan sudah
termakan oleh waktu, apakah doa ini masih layak untuk aku panjatkan? Memang,
kalau berbicara Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu, apa yang Allah
kehendaki pasti akan terjadi. Tapi kalau akal terlanjur menguasai diri kita,
pasti kita tidak akan sanggup untuk memikirkan semua itu. Dan akhirnya, keraguan
akan capaian sebuah mimpi menjadi kesimpulan. Seakan kita tidak sadar bahwa
yang menentukan hidup ini adalah Allah dan bahwa selama ini Allah senantiasa di
balik usaha kita. Terkadang apa yang diinginkan tak selamanya terpenuhi. Malah sebaliknya,
apa yang tidak terpikirkan itu terjadi di luar dugaan. Dan Justru itulah
sejatinya yang kita butuhkan karena Allah Sang Maha Tahu apa yang terbaik untuk
hamba-Nya.
08-05-2013/18:45/Rabu_di kelas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar