Rabu, 25 Desember 2013

Suratku #2 untuk Teman yang Tak Kusebutkan Namanya

Tu judul...??? Suratku yang pertama aja belum aku publish, udah aja posting yang kedua. heheh...

Long time no see...

Kangennn, udah lama nggak berkecimpung lagi di blog. Sebenarnya uda sering juga aku mengingatkan diriku sendiri biar segera update blog. Bahkan tulisan COME ON ZIII...UPDATE BLOG udah menjadi pemandanganku tiap hari di layar laptopku sebagai reminder. But it just word. Atau mungkin karena tulisanku sudah aku eksplor pada pembuatan jurnal 2x tiap minggu yang tiap jurnalnya terkadang membutuhkan sampai puluhan lembar. Iya, barangkali itu yang menjadi faktor aku tidak punya sense lagi untuk menulis di blog. Tapi seharusnya itu bukan menjadi alasan untuk tidak menulis lagi di blog, bukan?
Emmm... sebenarnya kalo dipikir-pikir lagi sih, alasannya bukan hanya itu saja. Jujur, selama aku memasuki dunia perkuliahan tidak mudah bagiku beradaptasi dari lingkungan yang selalu memberikanku support ke lingkungan di mana aku harus membuat keputusan sendiri. Karena saat itulah, hanya kepadaNya lah aku menyerahkan segala urusanku dan hanya kepadaNya lah aku berpijak. Absolutely, saat itu terjadi banyak rintangan yang harus aku hadapi di kampus.

Bahkan seseorang yang harus aku kuatkan di jalan dakwah ini bukan hanya diriku saja tapi ada beberapa temanku seperjuangan yang juga membutuhkan dukungan. Suatu hari di kampus akan diadakan acara ke luar kota. Kalau dilihat-lihat acara itu bermanfaat dan bisa memberikan banyak pengetahuan baru. Intinya, setelah ditelusuri ada unsur ikhtilat di situ. Temanku yang tidak kusebutkan namanya **** ini sempat goyah dengan prinsip yang selam ini ia pegang dan dia bercerita kepadaku. Kebetulan waktu kami untuk berdiskusi sangat singkat. Aku jadi merasa tidak tenang karena apa yang ingin kusampaikan padanya belum tuntas. Inisiatif lain aku tempuh. Aku menulis sebuah surat untuknya. 

Here is...

Assalamualaikum...

**** yang dirahmati Allah. Sebenarnya semua keputusan ada di tangan ****. Tidak ada keterpaksaan mengikuti pendapat ini, pendapat itu, pendapat sana, pendapat sini. Kalau aku boleh tanya, **** yakin kan apa yang **** bawa itu benar dan dari Allah?

Ada dua hal yang sejatinya tidak bisa dipungkiri:
11.  Kebenaran dari Allah tidak ada yang bisa merubah sekalipun adu pendapat.
  2. Dan setiap kesalahan yang tidak bersumber dari hukum Allah, tetaplah sebuah kesalahan. Meskipun kesalahan tersebut diracik seenak mungkin agar bisa diterima oleh semua lidah. Sejatinya itu tetap sebuah kesalahan yang pahit, karena ada satu komponen yang belum dicampurkan dalam racikan tersebut yaitu gula, tak lain hukum Allah sendiri.

Memang, aku juga merasakan tidak mudah memegang kemurnian hukum Allah. Ketika Allah sudah bilang “A”, ya sudah itu yang harus kita laksanakan. Tidak ada penambahan atau pengurangan. Karena sejatinya penentu hukum ada di tangan Allah, bukan manusia.

Mungkin ada orang yang bilang, “iya, kita juga para pencari pahala, dan kita nggak ngehalangi orang yang mau pegang prinsip, tapiiii sudahlah, hidup itu dibawa santai aja...nggak usah kaku dan serius kayak gitu”. Eitssss...maaf... siapa bilang hidup itu santai??? Siapa bilang hidup itu tidak butuh keseriusan??? Masalah dosa atau tidak, kelak akan berpengaruh pada masuknya kita ke surga atau neraka yang bahan bakarnya dari manusia yang tidak mau mentaati hukum Allah itu sendiri. Halooo... ada hari pertanggungjawaban bro kelak di Hari Akhir.  Itu masih dibilang hidup itu harus santai? Itu yang namanya hidup tidak butuh keseriusan? Aku pikir statement itu omong kosong.

Yaaahhh... itulah kondisi orang sekarang yang masih belum paham semua hukum Allah. Hukum Allah hanya diambil di satu sisi, tapi di sisi lain hukum Allah tidak dipakai hanya karena menyesuaikan dengan kondisi yang ada, hanya karena biar orang-orang nggak memusuhi dan menjauhi kita. Yaa justru orang yang menjauhi dan memusuhi kita karena mereka tidak paham hukum Allah secara totalitas itu seperti apa. Mangkanya, kita yang sudah tahu dan paham tentang hukum Allah tetap harus dijalankan dengan istiqomahJ

Masalah hukum Allah memang bukan mengenai adu argumen masing-masing otak orang. TAPI INI DALIL DARI ALLAH. Ini loh Allah uda kasih standart mana yang harus dikerjakan dan mana yang tidak:
       Manusia dimintai pertanggungjawaban setelah diutusnya rasul  (QS. Al Isra’ : 15)
       Manusia tidak dapat lagi membantah setelah diutusnya rasul  (QS. An Nisaa’ : 165)
       Setiap muslim wajib menyesuaikan seluruh amal perbuatannya dengan hukum Allah SWT yang dibawa Rasulullah saw.(QS. Al Hasyr : 7)

Tapi sayang, tidak semua orang Islam paham semua dalil-dalil Allah. Mereka seenaknya sendiri menetapkan baik dan buruknya menurut versi mereka.

So... bagaimana... Apakah **** sudah cukup terpuaskan oleh jawaban seperti ini??? Selanjutnya keputusan ada di tangan **** J

Semoga menginspirasiJ  SEMUA KERJA KERAS INI TIDAK AKAN KULAKUKAN KALAU SAJA ALLAH TIDAK MENIMPAKAN BALASAN YANG PEDIH DI HARI AKHIR.


Wassalam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar