Jumat, 19 Februari 2016

Bangga Sekaligus Miris



Pagi ini saya melihat berita-berita di televisi. Perhatian saya menuju pada headline news berjalan, dua anak Indonesia menang lomba mengingat tingkat dunia di Hongkong, anak Indonesia meraih satu medali emas dan dua perunggu di Olimpiade Geografi Internasional di Rusia. Ditambah lagi teman adik saya pada Agustus lalu juga meraih medali perunggu Olimpiade Matematika Internasional tingkat SMP di Singgapura, seorang anak pondokan biasa di Nganjuk. Sontak saya langsung mengucapkan Subhanallah bangsa ini begitu cerdas.
Namun, begitu pahit rasanya di waktu yang sama melihat kondisi Indonesia yang masih saja terpuruk. Kemiskinan meningkat, bahan-bahan mentah masih mengandalkan impor, kebutuhan pokok serba mahal, dll. Membuat saya berpikir bagaimana bisa sangat kontras terlihat SDM cerdas Indonesia banyak dihasilkan pun SDA melimpah ruah tapi Indonesia yang baru saja merayakan kemerdakaan yang ke-70 masih tetap menangis dalam kesengsaraan hidup. Jelas, Indonesia kita masih dalam keterjajahan.
Bagaimana perhargaan yang diberikan para pemimpin kita terhadap mereka yang sudah menyumbangkan keintelektualitasan mereka? Bagi mereka yang memenangkan olimpiade mungkin berimbal jutaan. Sudah itu aja. Selanjutnya apakah mereka akan diberi fasilitas laboratorium tersendiri misal atau alat canggih yang dapat mengembangkan keilmuan mereka demi kemaslahatan masyarakat? Sehingga bisa terlihat bahwa Indonesia adalah negara yang tulus bersungguh-sungguh dan berupaya keras memajukan bangsanya. Atau malah energi pemimpin kita habis untuk sekedar cek-cok dan berpikir untuk urusan mereka sendiri. Mau beralasan anggaran negara tidak cukup untuk memfasilitasi semua itu?
Wajar jika berujung pada kesimpulan lebih enak hidup dan sekolah di luar negeri lebih dihargai daripada di negeri sendiri. Bukankah kita termasuk negeri dengan kekayaan alam melimpah. Sayang sekali seolah kita sengaja dibuta akan itu. Gunung emas Papua telah dikuasai Freeport, Riau penghasil minyak terbesar Indonesia dikuasai Chevron, dll. Negara kita membiarkan sebagian besar SDA dikuasai Asing. Indonesia butuh perubahan sistemik!
Mohon maaf bila kurang berkenan. Saya hanya ingin menyampaikan apa yang saya lihat dan apa yang saya rasakan. Terimakasih.
Azimatur Rosyida
Mahasiswi, Surabaya
24 Agustus 2015/10:53
Di posting oleh suara pembaca Republika




Tidak ada komentar:

Posting Komentar