Pagi ini saya melihat
berita-berita di televisi. Perhatian saya menuju pada headline news berjalan,
dua anak Indonesia menang lomba mengingat tingkat dunia di Hongkong, anak
Indonesia meraih satu medali emas dan dua perunggu di Olimpiade Geografi
Internasional di Rusia. Ditambah lagi teman adik saya pada Agustus lalu juga meraih
medali perunggu Olimpiade Matematika Internasional tingkat SMP di Singgapura, seorang
anak pondokan biasa di Nganjuk. Sontak saya langsung mengucapkan Subhanallah
bangsa ini begitu cerdas.
Namun, begitu pahit rasanya di
waktu yang sama melihat kondisi Indonesia yang masih saja terpuruk. Kemiskinan
meningkat, bahan-bahan mentah masih mengandalkan impor, kebutuhan pokok serba
mahal, dll. Membuat saya berpikir bagaimana bisa sangat kontras terlihat SDM
cerdas Indonesia banyak dihasilkan pun SDA melimpah ruah tapi Indonesia yang
baru saja merayakan kemerdakaan yang ke-70 masih tetap menangis dalam
kesengsaraan hidup. Jelas, Indonesia kita masih dalam keterjajahan.
Bagaimana perhargaan yang
diberikan para pemimpin kita terhadap mereka yang sudah menyumbangkan
keintelektualitasan mereka? Bagi mereka yang memenangkan olimpiade mungkin
berimbal jutaan. Sudah itu aja. Selanjutnya apakah mereka akan diberi fasilitas
laboratorium tersendiri misal atau alat canggih yang dapat mengembangkan
keilmuan mereka demi kemaslahatan masyarakat? Sehingga bisa terlihat bahwa
Indonesia adalah negara yang tulus bersungguh-sungguh dan berupaya keras
memajukan bangsanya. Atau malah energi pemimpin kita habis untuk sekedar cek-cok
dan berpikir untuk urusan mereka sendiri. Mau beralasan anggaran negara
tidak cukup untuk memfasilitasi semua itu?
Wajar jika berujung pada
kesimpulan lebih enak hidup dan sekolah di luar negeri lebih dihargai daripada
di negeri sendiri. Bukankah kita termasuk negeri dengan kekayaan alam melimpah.
Sayang sekali seolah kita sengaja dibuta akan itu. Gunung emas Papua telah
dikuasai Freeport, Riau penghasil minyak terbesar Indonesia dikuasai Chevron,
dll. Negara kita membiarkan sebagian besar SDA dikuasai Asing. Indonesia butuh
perubahan sistemik!
Mohon maaf bila kurang berkenan.
Saya hanya ingin menyampaikan apa yang saya lihat dan apa yang saya rasakan.
Terimakasih.
Azimatur
Rosyida
Mahasiswi,
Surabaya
24
Agustus 2015/10:53
Di posting oleh suara pembaca
Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar