Semoga pengalaman ini bisa semakin
menghidupakan dakwahmu di kampus...
Ceritanya berawal daftar ulang
calon mahasiswa baru (maba) yang berlangsung tanggal 16-17 Juli kemarin di
Universitas Airlangga. Alhamdulillah, tanggal 8 Juli adalah tanggal
ditetapkannya takdirku menjadi calon
mahasiswa baru di UNAIR di fakultas farmasi dengan prodi S1 pendidikan
apoteker. Predikat mahasiswaku tidak akan lengkap tanpa daftar ulang yang
berlangsung di gedung ACC UNAIR. So, tanggal 16 sangat kutunggu-tunggu.
Nggak kebayang gimana lamanya
daftar ulang yang harus menampung ratusan calon maba. Pasti banyak waktu yang
kebuang di sana kalau kita nggak punya ide untuk berbuat sesuatu yang
bermanfaat dan mendatangkan pahala apalagi di bulan Ramadhan. Nah, kalau udah
ngaku pejuang Islam ideologis penerus pejuangan rosul pasti akan memanfaatkan
waktu itu sebaik mungkin untuk saling share tentang Islam kepada teman-teman
yang baru dikenal.
Sebelum daftar ulang berlangsung,
aku bertemu dengan beberapa kakak angkatan yang betul-betul memahami Islam dan
beberapa dosen ideologis juga. Di situ kita membahas tentang kegiatan yang
bakal dilakukan saat daftar ulang calon maba berlangsung. Akhirnya, kami
memanfaatkan waktu itu untuk berinteraksi dengan calon maba sekalian sebar
opini tentang berbagai macam fakta kerusakan sekarang sekaligus dimintai no
telpon barangkali bisa diajak ke kegiatan kajian Islam lain waktu.
Ternyata rencana kami sudah di
dengar oleh anggota BEM yang juga ditugasi untuk menjadi panitia penerimaan
calon maba. Jadi kendali penuh daftar ulang calon maba ada di tangan mereka.
Anak BEM sangat ‘berhati-hati’ dengan kegiatan yang bakal kami lakukan saat daftar
ulang calon maba karena mereka menganggap kami akan menyebarkan ide-ide
kepartaian, brand washing, dan segala
macam isu-isu negatif tanpa pembuktian. Wew, dugaannya nyeleneh dan jauh banget
dari faktanya. Kami loh tidak melakukan apa-apa dan tidak se-extrim itu. But,
no prob, kami akan terus melakukannya.
Hari Pertama Daftar Ulang, 16 Juli 2013
BEM sudah bersiap-siap mengerahkan
anggota-anggotanya untuk mengantisipasi masuknya kakak-kakak mahasiswi yang mau
masuk ke pintu masuk pendaftaran karena anggota BEM sudah tahu maksud
kedatangan mereka kemari. Apalagi penampilan kakak-kakak mahasiswi yang
menggunakan kerudung dan jilbab pasti akan sangat mudah dikenali.
Saat aku memasuki pintu masuk
pendaftaran, sepertinya anak BEM mulai mencurigaiku karena aku memakai kerudung
dan jilbab. Tapi beruntung, di belakangku ada ibu yang menemani dan beberapa
dari mereka sudah tahu kalau beliau dosen di UNAIR. Jadi, mereka tidak mau
bertindak macam-macam. Heheh. Lantas gimana kakak-kakak mahasiswi yang lain?
Mereka bisa masuk nggak yah?
Tapi alhamdulillah, saat aku
mencari tempat tangga duduk yang kosong aku melihat beberapa dari mereka
berhasil masuk tanpa dicurigai oleh pihak BEM. Dan beberapa dari mereka juga
sudah mulai berbincang-bincang dengan calon maba. Pasti calon maba juga seneng
kalo didekati sama kakak angkatan ;). Di depanku beberapa anak BEM berjalan
mondar-mandir terlihat seperti mengawasi kami-kami. Nggak lama kemudian, aku
melihat mbak BEM tiba-tiba naik ke tangga. Dan saat aku lihat arah jalannya
menuju ke salah satu kakak mahasiswi yang menggunakan jilbab yang lagi
berbincang-bincang dengan calon maba. Wah, apa gerangan yang terjadi?
Jangan-jangan? Dan ternyata betul seperti dugaanku, kakak itu langsung di suruh
keluar oleh mbak BEM. Ya Allah, sebegitukah? Emangnya anggota BEM tahu betul
apa yang kami lakukan. Orang kami juga hanya mengajak kenalan dan
berbincang-bincang mengenai kemahasiswaan. Barangkali dari situ kami bisa
memberikan motivasi kepada calon maba. Lagian kalau mereka menganggap kami menyebarkan
ide-ide Islam yang brand washing, mananya
yang brand washing? Kalian dan kami
adalah orang Islam. Ngajak ngaji Islam aja udah dicuragai yang nggak-nggak.
Pliss deh, kalian Muslim nggak sih. Mengaku Muslim tapi malah menghalangi
aturan Allah disebarkan. Ckckck... nggak habis pikir apa yang ada dipikiran
mereka. Dosa loh...
Kalau aku sih alhamdulillah
aman-aman aja, jauh dari incaran anak BEM. Jelaslah, akukan calon maba. Jadi,
aku bisa mendapatkan banyak kenalan meskipun cuma tiga anak dan sekalian diskusi
tentang sistem pendidikan sekarang yang berorientasi duit. Tuh kan, nggak
aneh-aneh, nggak seperti yang ada di bayangan mereka, anak-anak BEM. Mangkanya
jangan su’udzon dulu to mas mbak BEM... mbo’ ya tabayyun.
Hari Kedua Daftar Ulang, 17 Juli 2013
Nah, di hari kedua ini kisahnya
baru sesuai dengan judulnya ‘Lucunya’ Dakwah di Kampur UNAIR. Kalau di hari
pertama tadi bisa dilucu-lucuinlah...
Hari ini aku ke tahap daftar ulang
selanjutnya yaitu pemeriksaan kesehatan di rumah sakit UNAIR jam 8 pagi. Setelah
selesai di cek pendengaran dan penglihatan sama dokter-dokter muda aku kembali
menuju ke gedung ACC UNAIR karena di sana kegiatanku masih berlanjut. Cari
kenalan baru lagi... Sebelum sampai sana aku sms ke teman SMP yang kebetulan
juga diterima di UNAIR namanya Saffanah sekaligus teman seperjuanganku.
Zizi: Eh, km msh d dlm?
Saffanah: Iy, km mau masuk?
Zizi: Iy, ni td hbs pemeriksaan
Saffanah: Oke. Kakak2nya ndak bisa masuk deh kayaknya. Byk anak BEM
Zizi: O gtu. Ak blh msk g yah?
Saffanah: Hoho gatauu, cobaen aja
Kan sebenarnya waktu daftar
ulangku sudah selesai kemarin, kira-kira bisa masuk nggak yah sekarang. Ya dah,
coba aja, bismillah. Sepertinya penjagaan dari anak-anak BEM lebih ketat
daripada kemarin. Sesampainya aku di pintu masuk pendaftaran, tiba-tiba mas BEM
menghadangku di tengah pintu. Seperti kriteria yang patut dicurigai, pake
kerudung dan jilbab.
Mas BEM: “Ini mau ngapain? Pengantar atau..”
Zizi: “Aku maba mas...”
Mas BEM: “Oo, ya udah silakan masuk”
Dasar anak-anak BEM, mentang-mentang
aku pake jilbab langsung aja dicurigai yang nggak-nggak. Saat aku menaiki
tangga duduk aku bertemu dengan bu Ami, ibunya Saffanah yang kebetulan juga
dosen fisika di UNAIR. Kita bertiga duduk bareng dan berbincang-bincang.
Bu Ami: “Saya tuh heran dengan anak BEM. Mau mereka itu apa? Andai kalau mereka
tahu apa yang kita perjuangkan ini untuk Islam dan mereka menghambatnya, dosa
besar itu. Sebenernya apa sih yang ada di benak mereka?”
Saffanah: “Iya barusan aku juga ngeliat ada salah satu kakak UNAIR yang juga di
deketin ama mbak BEM terus langsung di suruh keluar.”
Setelah itu kami bertiga berpencar
mencari kenalan calon maba. Saat aku berbincang-bincang dengan teman baruku
lagi-lagi aku melihat mbak BEM sedang mengawasi sekitar. Pandangannya menuju ke
atas ke arah bu Ami dan langsung menghampiri. Tapi dia tidak langsung menegur
bu Ami. Dia duduk di belakang beliau. Secara gitu, bu Ami kan dosen dan tidak
berpenampang seperti mahasiswa. Sepertinya sebelum melakukan aksinya dia
berpikir-pikir dulu sambil mengawasi. Takut salah target kali...
Dan alhamdulillah, akhirnya hari
ini aku bisa dapat 2 kenalan. Salah satunya juga sama-sama anak farmasi dari
Malang.
Sampainya di rumah aku
menceritakan semua yang terjadi hari ini kepada ibuku. Ternyata ibuku juga
punya cerita yang nggak kalah seru. Kebetulan tadi ada salah satu teman ibu
berinisial pak M yang anaknya juga daftar ulang hari ini. Beliau seprofesi
dengan ibuku sebagai dosen matematika.
Pak M bercerita kepada ibu dengan
kondisi marah, “Tadi saya mengantarkan
anak saya daftar ulang karena sempat ada beberapa masalah dengan NIMnya. Lah,
waktu saya masuk ke gedung tiba-tiba ada anak BEM hadang saya dan tanya sedang
apa bapak kemari, kalo tidak berkepentingan dilarang masuk. Berani-beraninya.
Saya ini dosen di sini anak saya sedang ada masalah di dalam. ‘ooh... gitu pak,
ya, ya, silakan masuk pak’. Andai dia tahu kalo aku barusan naik tensi bu, dia
nggak bakal berani hadang saya kayak gitu. K****G A**R itu...”
Aku langsung tertawa saat ibu
menceritakannya. Akhirnya dia bisa merasakan ulahnya sendiri. Salah sendiri
siapa suruh berantisipasi tinggi terhadap semua orang yang masuk gedung. Kena
makan dosen kau... Lah sekarang pertanyaannya, yang bikin ketidaknyamanan
siapa? Yang bikin kegaduhan siapa? Yang jadi ‘badan intelejen’ siapa? Yang jadi
mata-mata siapa? Jelas-jelas orang bisa bebas keluar masuk, siapapun berhak
masuk. Lah kok aneh-aneh, pake ditanya-tanyain segala. Giliran yang kena dosen,
mau apa? Orang berbuat sesuatu karena Allah kok dihambat. Jangan berani-berani
dengan Allah.
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja)
dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (TQS. Ar-Rum [30]:7)
“Dan orang-orang yang mencurahkan
kemampuannya semata-mata karena Kami.” (TQS.
Al-Ankabut [29]:69)
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian
menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan
kedudukan kalian.” (TQS. Muhammad
[47]:7)