Let’s check
it out...

Siapakah
manusia yang terhebat yang
pertamakali mendarat di bulan?
Niel Amstrong...
Siapakah
ilmuwan sesungguhnya yang pertama di dunia sehingga mendapat julukan
bapak ilmiah modern, sang fisikawan teori pertama, dan penemu hukum refraksi?
Al Hassan Ibnu
al-Haitsam...
Siapakah orang
yang berani mengambil resiko kematian dengan melakukan operasi caesar pertamakali
di dunia kalau bukan sang ahli yang telah menghabiskan hidupnya untuk belajar?
Al Zahrawi...
Penemu kopi pertama?
Tanpanya manusia tidak akan pernah mengenal dan merasakan kenikmatan kopi.
Khalid...
Siapa orang pertama
yang mencoba membuat konsruksi sebuah pesawat terbang dan berhasil
menerbangkannya bahkan ribuan tahun sebelum Wright bersaudara?
Abbas ibn
Firnas...
Siapakah penemu
angka nol pertamakali dan seorang ahli aljabar pertamakali di
dunia?
Al
Khawarizmi...
Siapakah penemu
pertama teori relativitas di dunia?
Abu Yusuf
bin Ashaq al-Kindi...
And many
more... Semuanya telah diabadikan dalam tinta sejarah peradaban emas dunia.
Pertanyaan
hanya cukup sebatas siapakah yang pertama, tapi apakah orang lain pernah
terfikirkan siapakah yang menjadi kedua...? Karena sejatinya menjadi yang
kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh, dan kekeke...takkan pernah
berlanjut tanpa ada yang pertama.
Sebenernya
tulisan ini terinspirasi dari salah satu pembimbingku di sekolah. Kebetulan
angkatanku termasuk angkatan pertama. Jadi, segala macam program baru sekolah
‘dicobakan’ kepada kita. Mulai dari Latihan Kepemimpinan Dasar (LDK), Latihan
Kepemimpinan Menengah dan Manajemen (LKMM), dan sampailah ke program terakhir
yang lebih besar yaitu Latihan Kepemimpinan Manajemen tingkat Atas (LKMA) goes
to Malaysia yang sebelumnya menurut kita program ini nggak bakal terwujud,
justru terlampaui dengan sangat sukses. Saat itulah kita merasakan titik puncak
keberhasilan akan sebuah impian dan perjuangan yang teraih. Dan pastinya semua
pengalaman yang dilakukan angkatan pertama akan selalu menjadi kesan tersendiri
dan contoh buat generasi berikutnya untuk menjadi lebih baik. Apalagi kita
sebagai seorang muslim yang senantiasa memberikan teladan yang baik kepada
adik-adik kelas, dan jika itu terus menginspirasi angkatan-angkatan berikutnya
maka pahala juga tidak akan berhenti kepada angkatan pertama sampai kebaikan
itu berhenti.
Yang pertama
akan selalu menjadi yang pertama. Itulah yang menjadi pembeda yang pertama dan
yang kedua. Yang ketiga juga tidak akan pernah menyamai yang kedua, tapi asal
tahu bahwa kesamaan yang kedua, ketiga, keempat, dan kekeke...adalah muncul
setelah mendapat inspirasi dari sang pertama.
Siapa bilang
menjadi yang pertama itu praktis, mudah, simple?
Sulit? Butuh
kerja keras? Butuh komitmen tinggi? Disiplin waktu? Dituntut untuk peka? MEMANG
HARUS...
Tidak ada
sesuatu sekecil apapun yang didapat dengan praktis. Kerikil saja yang sering
ditemui di pinggir jalan, mungkin sekilas orang akan menganggap kerikil itu
sudahlah kecil sering pula terlempar kesana kemari oleh setiap kaki-kaki atau
benda silinder (baca: ban) yang bertemu
dengannya, nggak penting. Tapi apakah
orang pernah terlintas berfikir bahwa ada sebuah pengorbanan dibalik kerikil
yang berasal batu yang sangat besar dan berat itu. Bagaimana bisa menjadi batu sekecil
itu? Butuh upaya seorang buruh yang rata-rarta berusia senja dengan gaji hanya
mencapai se-ribuan dalam seminggu untuk memecahkan batu menjadi kerikil.
Butuh
pengorbanan disetiap tekad dalam benak.
Alkisah di
sebuah negara kerajaan yang rajanya diktator terus menerus memeras uang rakyat.
Beberapa diantara mereka yang membangkang kehendak raja demi memperolah
penghidupan yang layak dari sang raja, atau mereka yang mengetahui kebusukannya,
ketika esok tiba, tiada yang menahu tiba-tiba menghilang dari keluarganya, ia sudah
dicebloskan ke dalam penjara kerajaan. Sudah banyak manusia yang menjadi
tawanan, dikurung di sebuah jeruji besi karena dianggap bisa membahayakan
kerajaan. Kondisi itu pasti takkan sanggup membuat mereka hidup tahan lama. Atau
ketika mereka bisa bertahan lama pun mereka akan selalu sengsara. Namun,
kejadian itu tak sampai terjadi ketika ada salah seorang diantara mereka yang
menyadari bahwa permukaan bawah yang mereka injak adalah tanah. Jauh dari
alat-alat canggih, hanya bersisa satu sumpit yang sudah patah. Itupun bekas
alat makan yang sudah diberikan dua hari yang lalu. Ia berusaha mengajak
teman-teman seselnya untuk bersama-sama menggali tanah ini hingga menembus pangkal
jeruji sel. Tapi semua menolak. Tidak mungkin berhasil. Bahkan beberapa
diantara mereka sudah pasrah dengan keadaan sengsara karena mereka yakin
berbagai upaya yang dilakukan untuk kabur pasti akan ketahuan.
Saking kuatnya
tekad untuk kabur karena tidak ada alasan benar dari sang raja untuk menghukum
mereka, ia tetap konsisten dengan tekad dan kebenarannya. Berhari-berhari ia
terus menggali tanah dengan sumpit. Bahkan ia sering menggunakan tangannya agar
jangkauan tanah yang diambiil lebih lebar dan banyak. Sesekali penjaga datang
pada jam-jam tertentu untuk mengecek kondisi para tawanan, sesegera mungkin ia
memasukkan kembali beberapa tanah yang sudah digali lalu ia mendudukinya agar
tak terlihat oleh penjaga bahwa tanah itu berlubang. Berulang-ulang ia
melakukan hal itu. Hanya dengan tekad bahwa selama ini yang ia lakukan benar,
justru rajalah yang seharusnya dihukum karena telah menelantarkan dan memeras
uang rakyat, ia yakin bahwa yang tidak bersalah pasti akan bebas.
Hari demi hari
sampai tiba hari ke-15 ternyata lubang yang digalinya sudah cukup untuk
dimasuki satu orang untuk melewati jeruji. Tidak mudah untuk menggali lubah
sebesar itu tanpa alat bantu dengan penjagaan yang sangat ketat.
Ia tahu
beberapa menit lagi penjaga akan datang, ia pun bersegera menutupi lubang
tersebut dan mendudukinya. Segera mungkin ia membongkar tanah-tanah itu lalu mengajak
semua penghuni sel untuk keluar satu per satu. Akhirnya mereka berhasil lolos.
So, pesanku to
anyone who read this...
Jangan takut
untuk menjadi yang pertama, berusahalah untuk menjadi yang pertama, karena yang
pertama akan selalu menjadi yang pertama dan akan dikenang selama-selamanya.
Berbanggalah. Karena jiwa pertama adalah jiwa PEMIMPIN.
02-03-13/Sabtu/17:26