Aku mendapatkan buku ini tanggal
26 April 2013 waktu aku pulang kampung ke Surabaya. Awalnya aku berniat membeli
buku ini karena buku ini memang dijual. Tapi ternyata, buku ini secara cuma-cuma
langsung diberikan kepadaku. Alhamdulillah, yang namanya rizki nggak bakal ke
mana. Sampai-sampai aku menandai buku ini from precious someone, karena
yang memberikan buku ini adalah salah satu teman ibuku.
Rabu, 08 Mei 2013
Tekadku dalam Pencarian
Saat ini aku sedang menghadap sebuah layar. Memainkan jemari
memilih satu per satu huruf untuk menyusun kata-kata sebagai bentuk pengabadian
akan sebuah kisah.
Sebuah kisah yang disetiap harinya adaah kejutan, setiap
jamnya adalah perjuangan, setiap detiknya adalah persaingan, dan disetiap
pengalamannya adalah renungan dalam kesunyian. Itulah yang pertamakali muncul
di benakku setelah mengambil kesimpulan dari semua ini.
Berawal dari sebuah malam. Dalam kesendirianku hanya ada aku
dan Dia. Aku merangkum segala kejadian yang telah terjadi. Tanpa sepatah
katapun terucap dari mulut, aku yakin Dia tahu segalanya. Diam terpanah dalam
kegelapan dengan granule-granule cahaya yang tak jelas karena mata ini sengaja
kututup. Seakan mata inipun tak kuasa melihat apa yang diri ini perbuat. Itulah
titik di mana aku merasa menjadi manusia yang paling hina dengan segala
kesombongan yang aku lakukan. Tapi nyatanya di saat kesombongan itu terjadi,
diri ini lupa kelak akan datang hari pertanggungjawaban. Sungguh, aku juga tak
memahami apa mauku.
Saat malam itu berakhir dan setelah aku membuat tekad baru
untuk diri yang lebih baik, cerahnya pagi ternyata enggan menyapa dan sengaja
lupa memberitahu akan tekad yang harus kulakukan hari ini karena nyatanya
diriku sendiri tidak berani memilih keberanian, takut akan ketakutanku sendiri.
Aku terlalu lemah. Betapa lemahnya diriku saat aku mengetahui kebenaran. Namun,
lidah ini terlalu kelu untuk mengutarakannya. Sejatinya mulut ini merupakan
terjemahan suara hati, tapi sayang justru mulut mengunci diri dari hati yang
sedang bergejolak dan terus memberontak. Lantas, bagaimana bisa aku akan
memahami diriku sendiri sedang aku selalu menolak suara hati yang mendengungkan
kebaikan.
Malam lainpun datang dan membangunkanku. Sepertinya malam
selalu menyiratkan sebuah pesan yang sama kepada hati yang sedang netral. Dalam
kekhusukan, air mata menjadi penjernih pikiran. Seakan segala penyesalan
terlampiaskan bersama alirannya. Dan saat itu aku benar-benar memohon
kepada-Nya. Ya Allah, tolong tuntun aku ke dalam jalan-Mu.
Beberapa hari kemudian keajaiban datang. Keajaiban yang akan
membawaku ke tempat lain di mana aku takkan hidup lama bersama orang tuaku. Aku
yakin, sepertinya ini adalah sebuah jawaban yang sebenarnya kunantikan. Jalan
ini sama sekali tak pernah terlintas dalam benak karena ini adalah sebuah
pilihan yang berat. Tapi, semakin beratnya pilihan yang aku ambil semakin
memberikan keyakinan yang kuat meskipun banyak resiko yang harus kuterima.
Hanya berbekal keyakinan dan atas nama-Nyalah aku menerima pilihan ini demi
masa depanku yang lebih baik.
Dan akhirnya, DI SINILAH aku mulai mengerti bagaimana
sejatinya hidup ini harus dijalankan. Seakan aku baru mencicipi dan merasakan
makna persahabatan, pengorbanan, perjuangan, tangisan, tawaan, kebersamaan,
kepedulian, dan impian. Dan baru kali ini aku merasakan sebuah ikatan yang
sangat kuat. Ikatan yang mengarjarkanku akan makna pertemanan dan persaudaraan. Bukan sembarang ikatan, karena tidak semua orang memahami dan
mempunyai ikatan ini. Karena di balik ikatan ini ada Zat Maha Besar. Ikatan
yang berlandaskan pada Allah SWT.
Berawal dari angkatan Sagacious yang membuat cabangnya
menjadi kelas Six Sense dan Six Pack. Bersamanyalah aku melewati semua ini
berserta impian-impianku. Bersamanyalah aku semakin yakin bahwa Allah senantiasa bersama orang-orang yang berusaha di jalan-Nya. Dan pastinya semua ini tak terlepas dari jasa para
guru yang berhasil membina angkatan Sagacious menjadi generasi Islam yang
bertarget masa depan.
06-05-13/14:48/Senin
Kamis, 02 Mei 2013
SIAPA BILANG GENERASI PERTAMA KORBAN PERCOBAAN? Jangan Takut Menjadi Pendobrak, Karena Pendobrak bukan Pemberontak!
Let’s check
it out...
Niel Amstrong...
Siapakah
ilmuwan sesungguhnya yang pertama di dunia sehingga mendapat julukan
bapak ilmiah modern, sang fisikawan teori pertama, dan penemu hukum refraksi?
Al Hassan Ibnu
al-Haitsam...
Siapakah orang
yang berani mengambil resiko kematian dengan melakukan operasi caesar pertamakali
di dunia kalau bukan sang ahli yang telah menghabiskan hidupnya untuk belajar?
Al Zahrawi...
Penemu kopi pertama?
Tanpanya manusia tidak akan pernah mengenal dan merasakan kenikmatan kopi.
Khalid...
Siapa orang pertama
yang mencoba membuat konsruksi sebuah pesawat terbang dan berhasil
menerbangkannya bahkan ribuan tahun sebelum Wright bersaudara?
Abbas ibn
Firnas...
Siapakah penemu
angka nol pertamakali dan seorang ahli aljabar pertamakali di
dunia?
Al
Khawarizmi...
Siapakah penemu
pertama teori relativitas di dunia?
Abu Yusuf
bin Ashaq al-Kindi...
And many
more... Semuanya telah diabadikan dalam tinta sejarah peradaban emas dunia.
Pertanyaan
hanya cukup sebatas siapakah yang pertama, tapi apakah orang lain pernah
terfikirkan siapakah yang menjadi kedua...? Karena sejatinya menjadi yang
kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh, dan kekeke...takkan pernah
berlanjut tanpa ada yang pertama.
Sebenernya
tulisan ini terinspirasi dari salah satu pembimbingku di sekolah. Kebetulan
angkatanku termasuk angkatan pertama. Jadi, segala macam program baru sekolah
‘dicobakan’ kepada kita. Mulai dari Latihan Kepemimpinan Dasar (LDK), Latihan
Kepemimpinan Menengah dan Manajemen (LKMM), dan sampailah ke program terakhir
yang lebih besar yaitu Latihan Kepemimpinan Manajemen tingkat Atas (LKMA) goes
to Malaysia yang sebelumnya menurut kita program ini nggak bakal terwujud,
justru terlampaui dengan sangat sukses. Saat itulah kita merasakan titik puncak
keberhasilan akan sebuah impian dan perjuangan yang teraih. Dan pastinya semua
pengalaman yang dilakukan angkatan pertama akan selalu menjadi kesan tersendiri
dan contoh buat generasi berikutnya untuk menjadi lebih baik. Apalagi kita
sebagai seorang muslim yang senantiasa memberikan teladan yang baik kepada
adik-adik kelas, dan jika itu terus menginspirasi angkatan-angkatan berikutnya
maka pahala juga tidak akan berhenti kepada angkatan pertama sampai kebaikan
itu berhenti.
Yang pertama
akan selalu menjadi yang pertama. Itulah yang menjadi pembeda yang pertama dan
yang kedua. Yang ketiga juga tidak akan pernah menyamai yang kedua, tapi asal
tahu bahwa kesamaan yang kedua, ketiga, keempat, dan kekeke...adalah muncul
setelah mendapat inspirasi dari sang pertama.
Siapa bilang
menjadi yang pertama itu praktis, mudah, simple?
Sulit? Butuh
kerja keras? Butuh komitmen tinggi? Disiplin waktu? Dituntut untuk peka? MEMANG
HARUS...
Tidak ada
sesuatu sekecil apapun yang didapat dengan praktis. Kerikil saja yang sering
ditemui di pinggir jalan, mungkin sekilas orang akan menganggap kerikil itu
sudahlah kecil sering pula terlempar kesana kemari oleh setiap kaki-kaki atau
benda silinder (baca: ban) yang bertemu
dengannya, nggak penting. Tapi apakah
orang pernah terlintas berfikir bahwa ada sebuah pengorbanan dibalik kerikil
yang berasal batu yang sangat besar dan berat itu. Bagaimana bisa menjadi batu sekecil
itu? Butuh upaya seorang buruh yang rata-rarta berusia senja dengan gaji hanya
mencapai se-ribuan dalam seminggu untuk memecahkan batu menjadi kerikil.
Butuh
pengorbanan disetiap tekad dalam benak.
Alkisah di
sebuah negara kerajaan yang rajanya diktator terus menerus memeras uang rakyat.
Beberapa diantara mereka yang membangkang kehendak raja demi memperolah
penghidupan yang layak dari sang raja, atau mereka yang mengetahui kebusukannya,
ketika esok tiba, tiada yang menahu tiba-tiba menghilang dari keluarganya, ia sudah
dicebloskan ke dalam penjara kerajaan. Sudah banyak manusia yang menjadi
tawanan, dikurung di sebuah jeruji besi karena dianggap bisa membahayakan
kerajaan. Kondisi itu pasti takkan sanggup membuat mereka hidup tahan lama. Atau
ketika mereka bisa bertahan lama pun mereka akan selalu sengsara. Namun,
kejadian itu tak sampai terjadi ketika ada salah seorang diantara mereka yang
menyadari bahwa permukaan bawah yang mereka injak adalah tanah. Jauh dari
alat-alat canggih, hanya bersisa satu sumpit yang sudah patah. Itupun bekas
alat makan yang sudah diberikan dua hari yang lalu. Ia berusaha mengajak
teman-teman seselnya untuk bersama-sama menggali tanah ini hingga menembus pangkal
jeruji sel. Tapi semua menolak. Tidak mungkin berhasil. Bahkan beberapa
diantara mereka sudah pasrah dengan keadaan sengsara karena mereka yakin
berbagai upaya yang dilakukan untuk kabur pasti akan ketahuan.
Saking kuatnya
tekad untuk kabur karena tidak ada alasan benar dari sang raja untuk menghukum
mereka, ia tetap konsisten dengan tekad dan kebenarannya. Berhari-berhari ia
terus menggali tanah dengan sumpit. Bahkan ia sering menggunakan tangannya agar
jangkauan tanah yang diambiil lebih lebar dan banyak. Sesekali penjaga datang
pada jam-jam tertentu untuk mengecek kondisi para tawanan, sesegera mungkin ia
memasukkan kembali beberapa tanah yang sudah digali lalu ia mendudukinya agar
tak terlihat oleh penjaga bahwa tanah itu berlubang. Berulang-ulang ia
melakukan hal itu. Hanya dengan tekad bahwa selama ini yang ia lakukan benar,
justru rajalah yang seharusnya dihukum karena telah menelantarkan dan memeras
uang rakyat, ia yakin bahwa yang tidak bersalah pasti akan bebas.
Hari demi hari
sampai tiba hari ke-15 ternyata lubang yang digalinya sudah cukup untuk
dimasuki satu orang untuk melewati jeruji. Tidak mudah untuk menggali lubah
sebesar itu tanpa alat bantu dengan penjagaan yang sangat ketat.
Ia tahu
beberapa menit lagi penjaga akan datang, ia pun bersegera menutupi lubang
tersebut dan mendudukinya. Segera mungkin ia membongkar tanah-tanah itu lalu mengajak
semua penghuni sel untuk keluar satu per satu. Akhirnya mereka berhasil lolos.
So, pesanku to
anyone who read this...
Jangan takut
untuk menjadi yang pertama, berusahalah untuk menjadi yang pertama, karena yang
pertama akan selalu menjadi yang pertama dan akan dikenang selama-selamanya.
Berbanggalah. Karena jiwa pertama adalah jiwa PEMIMPIN.
02-03-13/Sabtu/17:26
Rabu, 01 Mei 2013
I'M PROUD TO BE "Ze"
Hallo, I want to introduce the new
one of my self. I’m Ze... Ze? Yeah, coz I’m the type of "Z girl" who has good and strong willing:
Trying to do everything ZESTfully
for the sake of my dream coz Allah,
Let my imagination flying away in
the sky as ZEPPELIN with body no plessure,
ZEALOUS make
something seems easly and satisfying,
A ZANY girl... me???
Wait, no... no... no... I doubt of it, not bad but I like that type,
Islam, dream, desire of life, and
I’m ZEALOT of it,
Fighting for Islam till ZENITH
of my breath and the last drop of blood,
Islam ZONE is my
eternal shelter,
Life without sin is impossible,
but the effort to avoid from it, repent of sins... Starting from ZERO
to charge the new life is better choise.
The last, say ZIP ZIP
for my self.
ZEST, ZEPPELIN, ZEALOUS, ZANY,
ZEALOT, ZENITH, ZONE, ZERO, ZIP... That’s
Ze, last alphabet...
12-03-13/12:01/Rabu_di bawah kasur_pulang sekolah
Langganan:
Postingan (Atom)