Wew, sudah 3 minggu
vacum. Kalo tiap kali ngucapin kata ‘wew’ selalu inget Njet. Gara-gara dia aku
tertular kata-kata itu. Tapi sekarang dia sudah ‘kabur’ dari negara ini karena dia harus belajar jauhhh di sana. Kalo Njet baca tulisanku, salam semangat dan
salam perjuangan untuk Njet. Doaku tulus menyertaimu :-) -intermezzo-
Semenjak tanggal 19 Agustus saat pengukuhan
(opening ceremony) maba sampai detik ini waktuku full banget. Jadi gelagapan
menghadapi waktu yang tak berpeluang ganggur. Maklum, sebelumnya hampir dua
bulan setelah kelulusan SMA jobless. Udah
gitu, di awal-awal masuk langsung di gembor ama yang namanya ospek. Huh, jadi
nggak bergairah menceritakan bagaimana ‘tragedi’ kehidupanku semenjak ospek
berlangsung 5 hari. Penuh tipu daya dan muslihat dengan sistem kerja paksa.
Memang bukan topik itu yang akan aku ceritakan kali ini.
Tapi semakin hari kemari, aku jadi sudah
terbiasa dengan kesibukan yang tiba-tiba datang tak terjadwal. Selain rutinitas
di kampus yang ngurusin KRS lah, harus mondar mandir ke kampus untuk melihat
pengumuman yang hanya diumumkan di papan pengumuman, dan persiapan-persiapan
lain sebelum masuk kuliah tanggal 9 September besok. Aku juga aktif dalam
kegiatan dakwah yang sekarang menjadi amanah terbesar bagiku. Karena sejatinya
manusia life in the mission.
Dan kali ini misiku adalah mencari
tandatangan sebanyak-banyaknya untuk form petisi “Seruan
Mahasiswa Muslimah Propinsi Jawa Timur, Hentikan Miss World , Ajang Budaya
Liberal Perusak Generasi. Wujudkan Generasi Visioner, Mulia, Bermartabat
Pemimpin Peradaban.” Judulnya cukup panjang. Tandatangan yang harus ku
kumpulkan adalah sebanyak-banyaknya dan disertai dengan dokumentasi pemberi
tandatangan.
Awalnya, selintas terbayang misi ini tidak
begitu sulit. Hanya memberikan opini
tolak Miss World lalu meminta tandatangan. Memang, mintanya tandatangan tidak
sulit. Tapi, meletakkan tangan mereka di atas kertas untuk memberikan
tandatangan saja, ckckck tidak jamin. Butuh sekian penolakan untuk mendapatkan
sepuluh tandatangan. Belum menawarkan saja sudah kabur duluan orangnya.
Ditambah lagi dengan muka-muka yang sensi
manis alias sinis saat aku
memberikan penjelasan mengenai alasan kenapa harus menolak Miss World. Bahkan
wanita yang berhijab pun enggan memberikan suaranya untuk menolak kedatangan
Miss World dengan alasan “netral aja deh, nggak ikut-ikutan kayak beginian.”
Upsss!
Karena sejatinya ajang ini bukan hanya
sekedar brain and behavior. Tapi adanya unsur maksiatullah melalui eksploitasi
kecantikan fisik yang hanya dibalut dengan brain dan behavior orang sudah banyak yang tertipu. Apalagi Indonesia
sebagai Negara Muslim harus memberikan penyikapan yang tegas dan jelas untuk
menolak ajang Miss World. Akan jadi bangsa yang seperti apa jika para Miss Miss
dan Puteri Puteri yang seperti itu dijadikan contoh dan icon negara?
Berlomba-lomba untuk menjeniuskan otaknya? I doubt of it. Atau malah berlomba-lomba
menampilkan gitar tubuhnya demi memperoleh pujian dari mulut orang? Sepertinya
itu kemungkinan besar. Padahal sejatinya itu akan menurunkan harkat dan
martabat wanita sesungguhnya. Wanita seperti itu tidak ada mulyanya samasekali.
Mereka hanya ‘mulya’ di mata orang yang berduit alias penikmat kepuasan atas
aurat mereka. Saat itulah sejatinya terjadi kerendahan taraf berfikir manusia. Wuusshh, ckckck... naudzubillah.
Jadi ceramah panjang lebar tentang Miss
World. Tapi memang harus ditolak dan itulah alasan dan
penyikapan yang tepat kenapa harus menolak kedatangan
Miss World. Semoga sedikitnya bisa memberikan maklumat sekaligus kesadaran bagi yang belum sadar.
Itulah sekilas cerita tentang kesibukanku
setelah memasuki dunia kampus. Kita lihat, kejutan apa yang bakal kudapat
selanjutnya. Ini masih belum mulai kuliah lhoo... Nantikan tulisanku selanjutnya
:-)
:-)